Gubernur Bank Sentral Jepang, Haruhiko Kuroda

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Harga grosir Jepang hanya naik 2.5 persen dalam (yoy) dibulan Februari, data Bank of Japan melaporkan pada hari Selasa. Sementara para ekonom memperkirakan untuk kenaikan tahunan sebesar 2.6 persen, mengikuti kenaikan tahunan sebesar 2.7 persen di bulan Januari.

Secara keseluruhan harga barang akhir – harga produk jadi yang dibebankan pada bisnis, naik 0.3 persen dari tahun sebelumnya. Harga barang akhir dalam negeri, yang melacak indeks harga konsumen, naik 0.9 persen dari tahun sebelumnya.

Sementara untuk data PPI Jepang stabil pada bulan Februari, Bank of Japan mengatakan pada hari Selasa. Lebih rendah dari harapan ekonom yang memperkirakan kenaikan 0.2 persen dan turun dari 0.3 persen di bulan Januari.

Secara tahunan, harga produsen naik 2.5 persen – sejalan dengan perkiraan namun turun dari 2.7 persen di bulan sebelumnya. Harga ekspor turun 1.1 persen dalam (mom) dan naik 0.8 persen pada (yoy), bank tersebut mengatakan, sementara harga impor turun 0.1 persen pada bulanan dan melonjak 4.4 persen pada tahun ini.

Indeks survei bisnis produsen besar  Jepang melemah dalam tiga bulan yang berakhir pada bulan Maret, survei kuartalan oleh Menteri Keuangan dan Kantor Kabinet yang dirilis pada hari Senin. Indeks Survei Bisnis, atau BSI turun 2.9 dari 9.7 dalam tiga bulan sebelumnya. Sentimen ini diperkirakan akan turun menjadi -1,5 pada periode April sampai Juni, sementara memprediksi angka 6.1 untuk kuartal ketiga.

Sebelumnya, Bank of Japan memilih untuk tetap mempertahankan kebijakan moneter ultra longgarnya. Keputusan pada Jumat (09/03) ini bertentangan dengan kebanyakan sikap Bank Sentral lainnya, dimana mulai melakukan pengetatan.

Sejauh ini belum ada indikasi, kapan Bank of Japan dengan pimpinan Haruhiko Kuroda sebagai Gubernur untuk masa lima tahun kedepan, akan mulai melakukan pengetatan kebijakan moneternya. Suara dalam Dewan Gubernur Bank sentral Jepang memilih 8-1 untuk mempertahankan targetnya untuk imbal hasil obligasi pemerintah Jepang 10 tahun sekitar nol dan suku bunga deposito jangka pendek di minus 0,1%,. Memperluas pola kepemilikannya pada pengaturan kebijakan saat ini hingga satu setengah tahun. .

Bank juga terjebak dengan janji untuk membeli obligasi pemerintah pada tingkat tahunan sebesar 80 triliun yen ($ 750 miliar). Ini menjadi bagian yang dilihat oleh investor sebagai simbol dari besarnya komitmen untuk mengurangi jumlah pembeliannya. Disisi lain, kecepatan pembelian aktual turun di bawah ¥ 55 triliun dalam periode 12 bulan terakhir.