ESANDAR, Jakarta – Harga Emas berjangka naik untuk keempat sesi berturut-turut pada hari Senin (26/03/2018). Kenaikan ini sekaligus menandai penyelesaian tertinggi dalam hanya lebih dari lima minggu karena investor memandang ketegangan perdagangan antara AS dan Cina dan dampaknya terhadap dolar AS serta pasar saham.
Harga untuk logam mulia ini menemukan dukungan karena dolar menurun, tetapi kenaikan teknis di bursa saham AS yang terjadi kemudian, menjadi penahan laju kenaikannya. Harga emas untuk kontrak pengiriman bulan April naik $ 5,10, atau 0,4%, ke di $ 1,355 per ounce. Ini menandai penutupan tertinggi sejak 16 Februari. Emas naik untuk empat sesi berturut-turut, merupakan kenaikan terpanjang sejak Januari.
Langkah mundur Cina atas desakan tariff AS menimbulkan kekhawatiran pasar. Hal ini mendorong jatuhnya Dolar AS karena kekhawatiran para pedagangan akan tindakan Cina bisa berdampak terhadap pasar Obligasi AS. Cina merupakan negara pemegang Obligasi AS terbesar. Kekhawatiran ini bahkan merembet tidak hanya terhadap dolar tetapi pasar saham, yang menguji level terendah di bulan Februari mereka pada perdagangan pekan lalu.
Pada hari Jumat, Cina membalas serangan pemerintah Trump yang menambah tarif barang senilai setidaknya $ 50 miliar. Kementerian perdagangan Cina mengatakan akan memberlakukan tarif sebesar $ 3 miliar untuk barang-barang AS. Para pejabat Pemerintah menuduh AS melanggar aturan perdagangan global.
Sementara itu, Presiden Donald Trump menggantikan H.R. McMaster dengan John Bolton, sebagai penasihat keamanan nasional. Terkait isu Korea Utara, langkah menyulut kekhawatiran pasar karena John Bolton dianggap sebagai elang perang yang lebih agresif. Pergantian ini sontak menimbulkan gejolak pasar yang cukup menggairahkan perdagangan.
Dengan latar belakang itu, indeks dolar tetap di bawah tekanan pada hari Senin. Indeks Dolar AS turun 0,5% setelah mencatat kerugian mingguan 0,9%. Emas dan dolar biasanya bergerak terbalik, karena pergerakan di unit AS dapat memengaruhi daya tarik komoditas bagi pemegang mata uang lainnya.
Namun, sentimen risk-on dipulihkan untuk saat ini oleh laporan bahwa AS dan pejabat Cina diam-diam melakukan pembicaraan di belakang layar untuk mencegah perang perdagangan global. Alhasil bursa saham AS berbalik naik dan keuntungan di bursa saham AS ini membatasi kenaikan emas lebih lanjut.
Setiap kemajuan negosiasi AS – Cina akan menjadi sinyal bullish untuk dolar dan bearish untuk emas. Lebih juat bisa diperkirakan pergerakan pasar saham lanjutan dan melemahnya Dolar AS sehingga potensi kenaikan harga emas masih terjaga.
Emas telah mencatat kenaikan mingguan hampir 3% pekan lalu pada ancaman perang dagang yang makin menjulang antara AS – Cina. Logam ini juga telah naik di tengah melemahnya dolar akibat langkah the Federal Reserve pada pertemuan kebijakan moneter minggu lalu yang dianggap kurang agresif.
Dalam catatan baru-baru ini, Goldman Sachs mengatakan tim pialang komoditasnya telah mengubah posisi perdagangan emas menjadi bullish untuk pertama kalinya dalam lebih dari lima tahun. Keputusan ini didasarkan pada analisa inflasi AS yang lebih tinggi. (Lukman Hqeem)