ESANDAR, Jakarta – Harga minyak melanjutkan pelemahannya setelah nilai dolar AS berbalik menguat pada perdagangan Selasa (06/02/2018). Disisi lain, sentiment negative juga berasal dari kemungkinan kenaikan produksi minyak AS.
Dolar AS menguat atas sejumlah mata uang utama dunia setelah data-data tenaga kerja AS di akhir pekan lalu mengalami perbaikannya daripada periode sebelumnya. Indikator ini secara meyakinkan menunjukkan posisi yang terbaik sejak hampir 9 tahun lalu. Hal ini membuat nilai dolar AS menguat.
Kondisi ini tentu membuat harga minyak mengalami tekanan kembali mengingat sebagian besar perdagangan minyak menggunakan mata uang AS ini sebagai alat tukar sehingga ada kesan bahwa harga minyak sedang lebih mahal upaya belinya. Pulihnya pasar saham AS, indek Dow Jones naik sebesar 2% mampu mengurangi tekanan Dolar AS sebagai aset safe haven.Harga minyak mentah WTI turun &0,77 di harga $63.38 sementara minyak Brent turun $0.77 ke $66.85 per barel.
Produksi minyak mentah AS diperkirakan akan mengalami kenaikan pula. Baker Hughes telah menyatakan bahwa 6 kilang pengeboran minyak AS telah diaktifkan sehingga total rig yang aktif berjumlah 765, tertinggi sejak Agustus tahun lalu.
Penurunan harga juga terjadi karena pengaruh laporan EIA pekan lalu, dimana dikatakan produksi minyak mentah AS mengalami kenaikan sebesar 44 ribu bph menjadi 9,919 juta bph, mendekati rekor tertinggi produksi minyak serpih dalam sejarah AS pada tahun 1970 sebesar 10,04 juta bph.
Namun tadi pagi API melaporkan bahwa persediaan minyak mentah AS di pekan lalu mengalami penurunan sebesar 1,050 juta barel. Persediaan bensin turun 227 ribu barel dan persediaan minyak pemanas serta solar naik 4,552 juta barel.
Pasar sekarang tinggal menantikan data persediaan minyak mentah AS versi pemerintah yang akan dirilis EIA nanti malam. Kadang kala data antara EIA dengan API hasilnya sama, namun kadang pula hasilnya berseberangan.
Kondisi harga minyak masih bisa naik, sesuai pandangan dari Goldman Sachs di pekan lalu di mana kombinasi antara kepatuhan OPEC dalam menjaga pasokan minyak dunia serta sisi permintaan dunia yang terus meningkat membuat persediaan minyak dunia akan terus menurun pada tahun ini dan dunia membutuhkan sumber-sumber produksi baru untuk memenuhi kebutuhan.
Pandangan Goldman Sachs memang harus diwaspadai di saat beberapa kilang pengolahan minyak dunia masuk masa-masa pemeliharaannya setelah musim dingin di belahan Utara bumi sudah menghilang sehingga biasanya sisi permintaan minyak akan berkurang. (Lukman Hqeem)