ESANDAR, Jakarta – Harga minyak jatuh baru, melanjutkan penurunan sebelumnya dimana minyak mentah West Texas Intermediate turun terbesar dalam lebih dari 30 tahun.
Pernyataan Presiden Donald Trump menambah kesengsaraan harga, dengan mengatakan penolakan atas potensi pengurangan produksi minyak oleh Arab Saudi dan OPEC . Ditegaskan olehnya bahwa harga “harus jauh lebih rendah berdasarkan pasokan!”
Dengan perang dagang yang tengah berlangsung, kemungkinan perlambatan ekonomi global semakin meningkat. Kelebihan produksi ditambah dengan lesunya ekonomi global yang meminimkan permintaan minyak mentah, mendorong investor melakukan aksi jual.
Kenaikan produksi terbuka dimana minyak serpih AS akan meningkat pula produksinya, disaat OPEC telah bekerja keras untuk menjinakkan harga yang terus naik. Disisi lain, dengan meningkatnya produksi dan melunaknya sanksi minyak AS terhadap Iran, yang mencakup keringanan bagi importir besar minyak mentah seperti China, yang membantu menyumbang harga minyak lebih rendah.
Setelah turun pada perdagangan akhir pekan lalu, harga minyak mentah kembali turun pada perdagangan hari Senin (12/11) dengan turun 78 sen, atau 1,3% menjadi $ 59,13 per barel untuk kontrak pengiriman bulan Desember. Ini sekaligus menandai penurunan berturut-turut selama 12kali, serangkaian terpanjang kerugian komoditas sejak WTI diperdagangkan pada tahun 1983. Sementara harga minyak mentah jenis Brent turun 62 sen, atau 0,9%, menjadi $ 69,49 per barel. Brent juga tergoda memasuki wilayah tren penurunannya. (Lukman Hqeem)