Harga emas mengalami kenaikan akibat melemahnya Dolar AS. Termahal dalam tiga minggu ini. (Ilustrasi)

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Harga emas diposisi termahal dalam tiga minggu ini setelah Dolar AS kembali merosot. Indek Dolar AS yang mengukur kekuatan greenbacks atas sejumlah mata uang besar lainnya, menurun lebih dari 2% sepanjang bulan ini.


Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Logam Mulia, dimana untuk kontrak pengiriman bulan Desember di bursa berjangka mengalami kenaikan $ 3, atau hampir 0,3%, berakhir di $ 1,211.30 troy ons dalam perdagangan di hari Kamis (20/09). Ini merupakan penyelesaian harga tertinggi sejak akhir Agustus, karena indeks dolar DXY, turun 0,6%. Dolar dan emas, memiliki korelasi pergerakan harga yang cenderung bergerak terbalik.

Kontrak logam mulia, mengumpulkan kenaikan 0,3% minggu ini sejauh ini, membukukan hari kedelapannya di atas garis $ 1,200 yang dipantau analis sebagai indikasi bahwa emas dapat memperkuat kenaikannya dari sini. Kontrak perdagangan turun lebih dari 9% sejauh ini di 2018.


Diyakini bahwa harga logam saat ini sedang mengalami kenaikan teknis dari posisi jenuh jual. Meski demikian, investor dan pelaku pasar diharapkan tetap waspada dengan potnesi ketegangan dalam Perang Dagang. Disisi lain, sentiment negatif juga akan datang dari kenaikan suku bunga AS, dimana pada akhir bulan ini diperkirakan The Fed akan menaikkannya kembali.


Pembuat kebijakan Fed akan bertemu untuk pertemuan dua hari yang berakhir 26 September. Pasar menetapkan harga lebih dari 90% kemungkinan kenaikan suku bunga seperempat poin kemudian. The Fed telah mencatat empat pergerakan secara total tahun ini. Itu berarti kenaikan lain kemungkinan terjadi pada bulan Desember, sebuah langkah yang pasar keuangan sebagian besar mengharapkan meskipun pedagang telah menunjukkan beberapa kilatan kepercayaan yang bergetar akhir-akhir ini, mengutip ketidakpastian perdagangan dan cegukan ekonomi global.


Sementara untuk data ekonomi Kamis, lonjakan manufaktur di wilayah Philly dan berita optimis yang terus meningkat dalam angka klaim manfaat pengangguran mendukung kenaikan suku bunga yang diharapkan minggu depan.


Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan dolar, prospek yang telah mengangkat greenback lebih dari 2% tahun ini. Sekali lagi, logam mulia memiliki korelasi negatif yang sangat kuat dengan dolar. Penurunan nilai dolar setara dengan kenaikan nilai logam mulia, pun juga sebaliknya. (Lukman Hqeem)