ESANDAR, Jakarta – Harga Emas berakhir naik ke posisi tertinggi dalam dua minggu ini pada akhir pekan, Jumat (15/02). Kemajuan dalam perundingan Perang Dagang AS – China di Beijing membuka harapan bagi investor. Hasil positif ini dipandang sebagai sentiment bullish untuk logam kuning, meskipun menaungi penguatan dolar dan ekuitas yang biasanya menjadi sentiment negatif bagi Emas.
Harga Emas untuk pengiriman bulan April naik $ 8,20, atau 0,6%, merupakan harga termahal dalam dua minggu di $ 1,322.10 per troy ons. Keuntungan ini menghapus kerugian selama 5 hari perdagangan terakhir. Harga emas naik 0,3% selama sepekan.
Diskusi selama seminggu antara China dan AS untuk menyelesaikan percekcokan tarif yang berlarut-larut, akhirnya dibungkus pada hari Jumat di Cina. Laporan para negosiator memang masih menemui jalan buntu pada masalah-masalah utama, tetapi indikasi akan ada pembicaraan lanjutan di minggu ini di Washington DC, membuka harapan baru. Sementara itu, gencatan senjata selama 90 hari antara para pihak akan berakhir di awal bulan Maret ini.
The Wall Street Journal melaporkan bahwa perpecahan yang tajam tetap di antara kedua belah pihak, dengan AS mengeluh bahwa China menekan bisnis Amerika untuk berbagi teknologi dan bahwa kebijakannya mendukung perusahaan milik negara. Kemajuan negosiasi perdagangan bisa menjadi bullish untuk emas karena China adalah salah satu pembeli terbesar logam kuning, kata para pedagang komoditas.
Hasil positif dari perundingan AS-China ini dianggap mendukung untuk harga emas naik. Dengan tercapainya kesepakatan yang lebih baik antara AS – China, membuka peluang penguatan yuan China dalam perdagangan USDCNY. Kenaikan ini dapat membantu pembeli komoditas dari Beijing membeli aset yang sebagian besar diperdagangkan dalam dolar AS seperti emas.
Dolar AS sendiri diperdagangkan melemah 0,1%, dimana indek Dolar AS berada di 96,844, tetapi diperdagangkan menguat 0,2% untuk minggu ini. Ditopang oleh isu bahwa The Federal Reserve AS berada di ambang pelonggaran kebijakan moneter, dimana pandangan ini dibangun di atas kepercayaan pada ekonomi AS akan jatuh ke dalam resesi tahun ini.
Benar atau tidaknya isu tersebut, para spekulan meyakini bahwa logam mulia cenderung menarik minat beli dalam iklim suku bunga rendah. Naiknya suku bunga membuat emas yang tidak menghasilkan kurang menarik bagi investor yang akan mengejar hasil lebih tinggi di tempat lain. (Lukman Hqeem)