ESANDAR – Harga emas melemah dalam dua hari ini secara beruntun. Pada perdagangan hari Senin (19/8/19) kembali berakhir negatif. Pelaku pasar memilih untuk menunggu dan melihat hasil simposium di Jackson Hole, Amerika Serikat (AS). Pertemuan ini akan dimulai pada Kamis besok.
Acara tahunan Jackson Hole di AS akan dihadiri oleh bank sentral dan menteri keuangan dari seluruh dunia, sehingga bisa memberikan gambaran bagaimana kondisi finansial global dan kebijakan moneter yang akan diterapkan oleh masing-masing bank sentral.
Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tentunya akan menjadi sorotan utama. The Fed diprediksi akan agresif dalam memangkas suku bunga di tahun ini akibat potensi pelambatan ekonomi Negeri Sam. Bahkan pekan lalu sempat muncul isu resesi akibat inversi yield obligasi (Treasury) AS.
Inversi merupakan keadaan di mana yield atau imbal hasil obligasi tenor pendek lebih tinggi daripada tenor panjang. Dalam situasi normal, yield obligasi tenor pendek seharusnya lebih rendah. Yield Treasury AS kini kembali normal, dan Presiden AS, Donald Trump juga mengesampingkan terjadinya resesi di Negara Adikuasa tersebut.
“Saya pikir kita tidak mengalami resesi, (ekonomi) kita bekerja sangat baik. Masyarakat kita menjadi lebih kaya. Saya memberikan pemotongan pajak yang besar dan mereka mendapat banyak uang” kata Trump kepada reporter, sebagaimana dikutip CNBC International.
Meski demikian, The Fed tetap diprediksi akan agresif dalam memangkas suku bunganya. Piranti FedWatch milik CME Group mencatat pelaku pasar berekspektasi ada pemangkasan suku bunga pada September dengan probabilitas sebesar 95% untuk pemangkasan sebesar 25 basis poin (bps) dan probabilitas 5% untuk pemangkasan 50 bps.
Piranti yang sama menunjukkan The Fed akan memangkas suku bunga setidaknya satu kali lagi tahun ini, setelah September.
Selain The Fed, European Central Bank (ECB) dan Bank of Japan (BoJ) juga akan menjadi perhatian pelaku pasar. ECB diprediksi akan menggelontorkan stimulus moneter pada bulan September, dan BoJ juga mungkin melakukannya jika mata uang yen terus menguat.
Pemangkasan suku bunga dan pelonggaran moneter secara global berdampak positif bagi emas, dan bisa mendongkrak harga emas naik lebih lanjut. Namun, itu untuk jangka panjang, dalam jangka pendek emas masih akan mengalami koreksi turun, melihat sentimen pelaku pasar terhadap aset berisiko yang sedang bagus.
Hal tersebut tercermin dari penguatan bursa saham global sejak awal pekan kemarin. Ketika aset-aset berisiko yang memberikan imbal hasil tinggi menguat, daya tarik emas yang merupakan aset tanpa imbal hasil akan berkurang, dan harganya akan menurun
Melihat grafik harian, emas (XAUUSD) masih bergerak di bawah rerata pergerakan selama 8 hari (MA8), tetapi masih di atas MA 21 hari , dan atas MA 125 hari . Sementara Indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) di wilayah positif dan bergerak naik, histogram sudah memasuki area negatif, memberikan gambaran momentum penguatan yang mulai memudar. Pada time frame 1 jam, emas bergerak di kisaran MA 8 dan MA 21, tetapi masih di bawah MA 125. Dimana secara indikator stochastic Emas telah bergerak naik dari wilayah jenuh jual (oversold).
Penurunan dalam dua hari beruntun membuat harga emas menembus ke bawah level psikologis US$ 1.500. Selama tertahan di bawah level tersebut, harga emas masih berpotensi melanjutkan koreksi turun. Seperti yang disebutkan sebelumnya, selama tertahan di bawah US$ 1.500, emas masih berpotensi melanjutkan koreksi turun. Level tersebut menjadi resisten terdekat. Sementara support berada di kisaran US$ 1.496, jika menembus dan kembali bergerak konsisten di bawah level tersebut emas berpotensi melemah menuju US$. 1.490. Support selanjutnya jika US$ 1.490 ditembus adalah US$ 1.486. Jika mampu menembus konsisten di atas US$ 1.500, emas berpotensi naik ke level US$ 1.504, selanjutnya ke US$ 1.508.