ESANDAR, Jakarta – Harga Emas berbalik menguat dari awal perdagangan yang menurun dan berakhir dengan hasil positif pada perdagangan hari Senin (23/10/2017).
Jatuhnya harga sejumlah saham unggulan paska mencetak harga tertingginya, menjadi pendorong kenaikan harga emas. Untuk perdagangan kontrak berjangka, harga emas berakhir naik 40 sen ke harga $1.280,90 per ons.
Aksi ambil untung yang melanda bursa saham AS paska melejit selama enam hari perdagangan terakhir ini, member angin segar pada perdagangan harga emas. Tertekan diawal perdagangan, harga emas berbalik naik hingga akhir perdagangan. Meski demikian, tren belum berubah karena para investor masih demam risk appetite. Sejauh ini, belum bisa secara jelas bisa melihat akhir tren kenaikan bursa saham ini. Emas, sebagai asset safe haven, masih belum mendapatkan perhatian utama investor saat ini.
Sebagian kalangan berharap, harga emas akan terdorong lebih murah lagi dalam beberapa hari kedepan. Diyakini, tren masih akan sama setidaknya hingga harga emas memang tidak bisa menembus level resistensinya di $1.295-$1.300 per ons. Tren bearish masih berlaku dengan target koreksi harga emas hingga ke harga $1.250 per on.
Minggu lalu, harga emas berakhir diharga termurahnya dalam dua pekan terakhir ini, bahkan menjadi catatan penurunan harga terbesar selama seminggu dalam waktu sebulan. Jatuhnya harga emas lebih banyak didorong oleh menguatnya Dolar AS. Selain itu, keberhasilan Partai Republik dalam menggolkan rencana perubahan aturan perpajakan AS menjadi pendorong meroketnya bursa saham, yang mendorong investpr melakukan risk appetite.
Proyeksi kenaikan suku bunga The Fed yang akan dilakukan pada Desember atau akhir tahun ini, menjadi pondasi kenaikan nilai tukar Dolar AS. Kondisi ekonomi yang secara konstan membaik, mempertebal keyakinan bahwa kenaikan suku bunga akan dilakukan ditahun depan setidaknya secara bertahap dan teratur dalam tiga kali sekurang-kurangnya.
Dengan latar belakang iklim yang demikian ini, emas sebagai asset yang tidak memberikan imbal keuntungan dalam bentuk bunga, menjadi hal yang kurang menarik. Investor berani mengambil resiko, risk appetite. (Lukman Hqeem)