Harga emas

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Harga emas di bursa berjangka ditutup lebih tinggi untuk kedua kalinya secara berturut-turut pada perdagangan di hari Jumat (10/05/2019). Hasil ini mampu membantu untuk mencatatkan kenaikan mingguan yang moderat. Dorongan kenaikan didapat dari kebijakan AS terkini yang meningkatkan tarif impor $ 200 miliar atas produk China. Hal ini menjadi langkah untuk untuk mempertahankan tekanan jual di pasar global yang lebih berisiko dan menguntungkan aset safe haven, Emas.

AS menaikkan pajak impor untuk barang-barang tertentu dari 10% menjadi 25%, karena pemerintah mengklaim Cina telah mengingkari komitmen yang dibuat dalam pembicaraan sebelumnya. Sebaliknya, China juga mengancam akan membalas dengan tarif terbaru yang diberlakukan A.S, Meski saling melempar ancaman, kedua negara terus melakukan perundingan di hari Jumat.

Harga emas untuk kontrak pengiriman bulan Juni naik $ 2,20, atau 0,2%, menetap di $ 1,287.40 per troy ons. Logam mulia menandai kenaikan kelima kalinya dalam enam sesi terakhir. Dalam sepekan, harga naik 0,5%.

Kenaikan sepanjang minggu ini diuntungkan dari munculnya kekhawatiran pelaku pasar akan perundingan perdagangan AS – China. Emas menyeberang kembali ke zona hijau dalam minggu ini setelah sebelumnya turun dari harga tertingginya di tahun ini, 20 Februari di $ 1,346.80. Ini merupakan minggu kedua dalam tujuh minggu terakhir harga emas ditutup naik.

Sentimen kenaikan harga emas lebih lanjut akan muncul jika perundingan antara AS – dan China menemui hambatan. Sebaliknya, jika gencatan senjata tarif baru dapat diperoleh, akan menjadi sentiment negatif bagi pasar emas dan mendukung kenaikan pasar saham.

Selain itu, spekulasi lanjutan atas kebijakan the Federal Reserve terkait suku bunga AS masih tetap menjadi faktor penggerak harga. Meskipun risalah The Fed baru-baru ini menyatakan bahwa penurunan suku bunganya tidak akan tercapai setidaknya di tahun 2019 ini.

Sebuah survei dari The Wall Street Journal di hari Kamis menemukan bahwa penurunan suku bunga AS masih diyakini lebih mungkin daripada kenaikan karena langkah Fed berikutnya. Kebijakan moneter yang lebih mudah kemungkinan akan menguntungkan emas sebagai mata uang komoditas hibrida.