ESANDAR, Jakarta – Harga Emas berjangka menetap pada posisi tertinggi di hari Jumat (07/12) tertinggi sejak Juli silam. Kenaikan harga ini sekaligus mencatat kenaikan mingguan terbesar sejak Agustus setelah gejolak pasar yang mengirim bursa saham terguncang dan menekan imbal hasil Obligasi dan dolar AS.
Emas untuk pengiriman bulan Februari dibursa Comex naik $ 9, atau 0,7%, menetap di $ 1,252.60 per ounce. Untuk minggu ini, harga naik 2,2%, yang merupakan kenaikan terbesar sejak kenaikan 2,5% dalam sepekan yang berakhir 24 Agustus. Logam Mulia juga menetap di harga tertinggi sejak 10 Juli, memangkas kerugian sepanjang tahun ini menjadi kurang dari 5% saja.
Harga logam mulia naik di tengah laporan angka pekerjaan AS yang tidak memenuhi ekspektasi pasar pada komponen kunci pertumbuhan pekerjaan. Dalam laporan ekonomi AS tersebut, yang dianggap pasar sebagai sentiment paling penting bulan ini, dilaporkan bahwa situasi ketenagakerjaan menurut Departemen Tenaga Kerja untuk bulan November, pada pekerjaan non-pertanian hanya ada 155.000/ Angka ini jauh di bawah perkiraan konsensus sebesar 198.000.
Sisi baiknya, laporan ini sedikit mendukung kebijakan moneter AS yang diinginkan pemerintah agar The Federal Reserve memperketat kebijakan uang pada kecepatan yang lebih lambat.
Atas data yang mengecewakan ini, bursa saham AS yang sebelumnya di hari Kamis telah jatuh tajam, sekali lagi turun kembali dengan catatan kerugian yang cukup besar di hari Jumat. Tentu saja hal ini memberikan nafas panjang bagi harga emas untuk berakhir lebih tinggi.
Indeks Dolar AS sebagai ukuran kekuatan mata uang Greenbacks terhadap sekeranjang enam mata uang saingan utamanya, turun 0,2% pada hari Jumat, dengan kecepatan penurunan mingguan sebesar 0,6%, sementara imbal hasil pada obligasi tenar 10-tahun menguat tipis pada jejak tiga bulan yang rendah untuk diperdagangkan di 2.867%.
Pelemahan dolar dapat mendorong harga komoditas karena membuat harga barang lebih murah bagi pengguna mata uang denominasi bukan dolar AS. Sementar imbal hasil obligasi yang lebih rendah juga bisa menjadi positif untuk komoditas, yang tidak menawarkan imbal hasil.
Minat investasi pada logam mulia investor sepanjang tahun ini melemah karena kepercayaan konsumen yang tinggi pada ekonomi AS, sehingga mendorong kenaikan harga saham sampai saat ini dan dolar yang kuat. (Lukman Hqeem)