ESANDAR, Jakarta – Harga emas dalam perdagangan hari Rabu (01/11/2017) berakhir naik tipis. Putusan FOMC The Federal Reserve untuk tidak mengubah suku bunga acuan saat ini, mendorong keyakinan investor untuk membeli logam mulia.
Pernyataan yang dikeluarkan oleh Komisi Pasar Bebas dari Bank Sentral AS, FOMC bahwa Bank Sentral memutuskan untuk mempertahankan suku bunga saat ini. Suku Bunga acuan dari The Federal Reserve saat ini adalah 1-1,25%. Pun demikian, mereka tidak menutup kemungkinan akan menaikkan sekali lagi diakhir tahun ini. Hampir semua pelaku pasar meyakini bahwa Desember ini, The Fed akan menaikkan suku bunganya.
Kenaikan suku bunga akan mempermahal biaya simpanan komoditas. Hal ini tentu menjadi ganjalan bagi investor. Untuk mereka yang menginginkan untung dari laba, tentu menjadi tidak menarik. Selain itu, kenaikan suku bunga AS juga akan membuat Dolar AS meningkat nilainya. Ini membuat investor yang berasal dari negara-negara bukan pengguna Dolar akan terbebani dengan kurs. Alhasil setiap kenaikan suku bunga AS, akan menjadi sentiment negatif bagi harga emas.
Meski secara tradisional, pergerakan Dolar AS dan Harga Emas akan saling bertolak belakang, nyatanya dalam perdagangan kali ini tidak demikian. Putusan FOMC tersebut, selain memberikan sentiment positif bagi harga emas, juga memompa Dolar AS naik. Indek Dolar AS paska pengumuman tersebut bergerak naik. Penguatan Dolar AS ini juga terdorong oleh hasil positif dari lantai bursa saham.
Riuh rendahnya sentiment tersebut, membuat harga emas dalam perdagangan hari Rabu berlangsung dinamis. Menjelang pengumuman FOMC, harga emas untuk kontrak perdagangan berjangka yang berakhir bulan Desember, naik $6.80, atau 0.5%, ke harga $1,277.30 per ons. Secara bulanan, kinerja harga emas masih terkoreksi sebesar 1%, dimana pada perdagangan hari Selasa juga berakhir negatif. Paska pengumuman dari FOMC, harga emas bergerak naik hingga ke $1,279 sebelum terkoreksi kembali ke $1,275.10.
Sesungguhnya, dalam perkiraan kami harga emas akan memiliki pijakan yang lebih baik untuk naik manakala Presiden Donald Trump menunjuk Jerome Powell menggantikan Janet Yellen. Jerome Powell yang saat ini merupakan anggota Dewan Gubernur Bank Sentral AS berpeluang besar menggantikan Janet Yellen. John Taylor, ekonom asal Universitas Standford masuk ke bursa pilihan, meski peluangnya tidak sebesar Powell saat ini. Diperkirakan hari ini, Donald Trump akan mengumumkan pilihannya sebelum bertolak melakukan lawatan 11 hari ke negara-negara di Asia.
Sementara itu, para pelaku pasar terus memantau dengan seksama beragam data ekonomi AS guna menakar kebijakan The Fed selanjutnya. Pada perdagangan hari Rabu, kenaikan harga emas juga tak luput dari sentiment data ekonomi. Awalnya, harga emas tertekan dengan kenaikan angka pekerja sektor swasta dibulan Oktoberyang naik sebesar 235 ribu, lebih tinggi dari kenaikan yang terjadi dibulan September sebesar 110 ribu. Harga emas berbalik arah naik setelah indek data ISM Pabrikan AS menunjukkan penurunan yang lebih tinggi dari perkiraan, ke angka 58.7%. Kontraksi yang terjadi dibulan Oktober ini mengecewakan dari posisi sebelumnya yang bertahan diatas 60,8%, tertinggi dalam 13 tahun ini.
Perimbangan data ADP, termasuk perbaikan angka bulan September dan kenaika bulan Oktober terjadi. Disisi lain data ISM menjelaskan masih terdampaknya sektor manufaktur AS akibat bencana badai. Seperti diketahui, wilayah tenggara AS termasuk Houston, sebagian Lousiana dan Florida terhantam badai Harvey dan Maria. Meskipun demikian pasar cukup optimis bahwa bencana ini hanya sementara, dimana diperkirakan angkanya akan lebih baik dibulan November nanti.
Kunci utama data ekonomi minggu ini adalah data pengupahan non pertanian, yang akan diumumkan pada Jumat besok. Ini merupakan data penting yang dipergunakan oleh pengambil kebijakan AS, termasuk memproyeksikan laju inflasinya. (Lukman Hqeem)