ESANDAR, Jakarta – Pergerakan Euro tertahan oleh penguatan Dolar AS pada perdagangan awal minggu ini. Meski Euro mampu menjaga potensi kenaikan lebih lanjut, tak urung aksi ambil untung sesaat menghalangi kenaikan Euro.
Perdagangan Senin (05/03/2018) diwarnai dengan sentiment hasil Pemilihan Umum di Itali dan terbentuknya pemerintahan koalisi di Jerman. Disisi lain, pasar seperti mengesampingkan dampak pernyataan Jerome Powell, Gubernur Utama The Fed dan Presiden Donald Trump minggu lalu.
Dolar AS menunjukkan tajinya dimana pasangan EURUSD kini diperdagangkan dikisaran 1.2290. Turun dari penutupan sebelumnya di 1.2318. Secara garis besar memang dolar AS mulai lagi memberikan tekanannya kepada mata uang utama dunia dengan pertimbangan sebagai bentuk aksi antisipasi termasuk adanya faktor pasar obligasi di AS yang kembali memasuki saat-saat penguatannya lagi di mana tingkat imbal hasilnya makin mendekat ke level tertingginya dengan harapan pengaruh testimoni Powell dan kebijakan fiskal Trump sudah mulai diterima pasar kembali.
Sebelumnya, pernyataan dari Jerome Powell yang mengungkapkan dengan nada rasa optimis dalam menghadapi masa depan ekonomi AS yang menurutnya tidak akan masuk dalam pusaran krisis keuangan baru. Gubernur Utama the Fed yang baru pertama kali memberikan testimoni di hadapan parlemen AS tersebut juga menyatakan bahwa suku bunga the Fed memang akan naik secara bertahap, di mana sisi pertumbuhan ekonomi termasuk lapangan kerja makin membaik, demikian pula inflasi sudah mulai menampakkan jalur kenaikannya, sehingga dirinya merasa yakin bahwa kenaikan suku bunga sebaiknya tetap bertahap.
Rasa optimis Powell tersebut memang begitu berdampak karena Presiden Trump pekan lalu langsung mengeluarkan kebijakan fiskal yang baru dan membuat pasar keuangan dunia sedikit panik dengan dimotori oleh pasar saham Wall Street yang kembali tenggelam dan memunculkan periode safe haven yen dan emas serta dolar itu sendiri di perdagangan hari ini.
Kebijakan fiskal Trump menaikkan tarif bea masuk baja dan alumunium ke AS sehingga beragam reaksi muncul ke permukaan lantai bursa dan pasar keuangan dunia hingga saat ini, di mana satu sisi bahwa kebijakan fiskal mendadak ini bisa mendongkrak inflasi di AS, namun di sisi lain bisa menimbulkan perang dagang yang dimotori oleh AS.
Sedikit menguatnya mata uang tunggal Uni Eropa ini didukung oleh kesepakatan koalisi parta Kanan Demokrat Jerman yang setuju untuk mendukung pemerintahan Kanselir Angela Merkel sehingga membentuk pemerintahan koalisi untuk pertama kalinya sejak Jerman berdiri. Hasil pemilu Italia juga masih menjadi tanda tanya, namun yang pasti tidak akan ada peserta yang memenangkan pemilihan tersebut dengan suara mutlak sehingga dapat dipercaya bahwa akan ada pemerintahan koalisi.
Secara teknis, aksi beli bisa mewarnai perdagangan EURUSD di atas 1.25543 bila ditopang konsistensi laju RSI pada zona beli. Hal ini mempertajam momentum bullish dengan sasaran berikutnya di level resisten 1.26000-1.26304; 1.26734-1.27000 dan 1.27680-1.28000. Resisten kuat, 1.28566-1.28882. Sebaliknya, jika gagal, EURUSD berbalik tertekan di bawah support minor 1.22731-1.22502, rentan tertekan menuju support kritis 1.21894-1.21507. Intensitas jual di bawah 1.21507, bila disertai penurunan jejak RSI pada zona jual akan memulihkan perpsektif bias bearish EURUSD dengan target berikutnya support moderat pada area 1.20585-1.20258, lalu test support lanjutan, 1.19468-1.19149 ; 1.18458-1.18158 dan 1.17421-1.17128. Support kuat, 1.16596-1.16330. (Lukman Hqeem)