ESANDAR, Jakarta – Harga Emas berakhir naik pada perdagangan hari Kamis (31/01), dengan kinerja bulanan naik beruntun dalam empat bulan terakhir. Kenaikan didorong keputusan the Fed yang mempertahankan suku bunga saat ini pada kisaran 2,25% – 2,50%.
Untuk Kontrak emas April yang paling aktif, harga naik $ 9,70, atau 0,7%, menjadi $ 1,325,20 per troy ons, dari sebelumnya di $ 1,315,50 per troy ons sebelum pernyataan kebijakan The Fed dilontarkan. Sementara itu, Indek Dolar AS naik 0,3% Kamis di 95,599.
Bank Sentral AS juga memilih untuk lebih bersabar sebelum menaikkan suku bunga kembali. Dalam pernyataannya, Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell mengatakan bank sentral akan “sabar” tentang pergerakan suku bunga lebih lanjut, menambahkan bahwa itu terbuka untuk memperlambat laju limpasan $ 4 triliun neraca jika diperlukan.
Dalam sebuah catatan khusus, The Fed menghapus referensi untuk “kenaikan tingkat bertahap lebih lanjut” dalam pernyataan kebijakannya, membuat banyak orang percaya bahwa kenaikan suku bunga di masa depan ditahan sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Pembaruan kebijakan menandai pergeseran yang jelas dovish untuk The Fed, bahkan pasar telah mengantisipasi sikap yang lebih moderat untuk normalisasi moneter. Posisi ini telah memberikan tekanan turun pada dolar AS, dimana mata uang ini tergelincir pada hari Rabu, memberikan landasan bagi komoditas emas makin percaya diri menuju harga $1.350 selekasnya.
Ekspektasi kenaikan suku bunga di tahun ini telah benar-benar menghilang. Alhasil harga emas berpeluang melakukan kenaikan lebih lanjut. Logam mulia memang sudah dalam tren naik didorong oleh sikap lunak The Fed tentang kenaikan suku bunga dan ketidakpastian tentang resolusi perang dagang AS – China.
Presiden Donald Trump, mengatakan bahwa pembicaraan perdagangan di Washington antara AS – China berjalan baik. Sayangnya dia tidak berharap mencapai kesepakatan akhir sampai dia dan Presiden China Xi Jinping bertemu “dalam waktu dekat.”
Sementara itu, World Gold Council mengungkapkan data permintaan emas tahun 2018 naik 4% menjadi 4,345,1 metrik ton, karena pembelian oleh bank-bank sentral. Angka ini naik 651 metrik ton, tertinggi dalam 50 tahun. Aksi pembelian emas oleh bank-bank sentral tersebut untuk menopang cadangan devisa mata uang. Dengan devisa Emas, dianggap lebih likuid karena dapat dikonversi ke mata uang apa pun, lebih disukai oleh banyak orang yang takut inflasi, sementara devisa mata uang rawan akan penurunan nilai mata uang, terutama disebabkan oleh berita utama negatif. (Lukman Hqeem)