ESANDAR, Jakarta – Harga emas masih melanjutkan penurunan dari pekan sebelumnya dalam perdagangan di awal minggu ini, Senin (04/03). Logam kuning terus diperdagangkan di posisi terendah dalam enam minggu ini, sekaligus tercatat sebagai penurunan paling panjang selama 2 tahun terakhir ini.
Emas berjangka ditutup turun, menandai rentetan penurunan harian terpanjang dalam sekitar dua tahun. Sentimen pendorong jatuhnya harga adalah aksi risk on investor, dimana Dolar AS menguat. Indek Dolar AS tercatat naik 0,2%.
Risk Appetite yang melanda investor, membuat bursa saham global naik. Pun demikian, dalam perdagangan terakhir, justru mengalami koreksi dalam. Berbaliknya arah karena karena investor belum membeli gagasan bahwa kesepakatan perdagangan AS-Cina sudah dekat. Ada nada keraguan dalam berita yang kontradiktif mengenai hasil perundingan AS – China ini. Sontak pasar memilih untuk melakukan aksi ambil untung di pasar saham.
Disisi lain, Dolar AS tetap mendapat dukungan kenaikan, dibawah bayang-bayang sejumlah data ekonomi AS yang mengecewakan. Pasar nampak mendiskon sejumlah informasi ini, bahkan sentiment verbal dari Presiden Donald Trump yang menginginkan dolar yang lebih lemah, tidak juga mempan.
Pasar berkeyakinan bahwa koreksi harga emas saat ini merupakan momentum yang tepat setelah harga emas naik sebelumnya. Harapan kenaikan harga emas dalam jangka menengah dan jangka panjang masih terjaga. Berpatokan pada sikap The Federal Reserve yang sejauh ini memilih sikap dovish dalam hal kenaikan suku bunga, momok bagi harga emas.
Sikap the Fed ini juga diamini oleh sejumlah bank-bank sentral lainnya, yang memilih untuk setidaknya mempertahankan suku bunga saat ini atau tidak mengubah kebijakan moneternya. Bahkan Jepang justru bersiap melakukan kebijakan ultra longgar.
Tentu saja, keputusan bank-bank sentral ini akan membuat emas sebagai aset surgawi kembali mendapatkan pamornya. Saat ini harga emas masih akan menguji kisaran $1280-$1285 sebelum memutuskan untuk bertahan dan bertolak naik kembali.
Harga emas untuk kontrak pengiriman bulan April berakhir turun $ 11,70, atau 0,9%, di harga $ 1,287.50 per troy ons. Ini merupakan harga penutupan terendah sejak 24 Januari. Catatn ini sekaligus mencatat keenam sesi penurunan berturut-turut, merupakan bentangan penurunan terpanjang sejak penurunan sembilan sesi yang berakhir 10 Maret 2017. Untuk minggu lalu, emas kehilangan sekitar 2,5%.
Aksi jual di pasar saham juga terdorong dengan data ekonomi AS terkini. Indikator menunjukkan bahwa pengeluaran konstruksi AS turun 0,6% pada bulan Desember tampaknya memimpin pergerakan lebih rendah untuk saham. Jumlah ini mengkonfirmasi pelemahan angka penjualan ritel minggu lalu, sehingga menjadi sumber ketakutan investor. Ini merupakan sentiment domestik AS dan bukan ketegangan politik atau pasar, sehingga emas bisa dikatakan belum menarik minat baru.
Pada akhir pekan lalu, harga emas berjangka telah turun di bawah $ 1.300 untuk menetap di level terendah dalam satu setengah bulan, turun lebih dari 2% untuk minggu ini. Ini merupakan penurunan mingguan paling tajam sejak Agustus. Sentimen risk-on yang luas, dari kenaikan saham-saham AS dan global, serta penguatan dolar AS, menjadi motor penggerak turunnya harga emas.
Harga emas saat ini dalam tahap konsolidasi. Ada potensi menurun menuju $ 1.250, meskipun koreksi diperkirakan tidak akan sedalam itu dalam waktu dekat ini. Harga emas memang jatuh dibulan Februari, tetapi dalam jalur jangka panjang masih memegang target untuk mencapai $ 2.000 per ons.
Dalam sejarahnya, saat ini bukan musimnya bagi harga emas menguat. Dukungan akan didapat selepas bulan Maret. Beberapa pekan akan memberikan sentiment pelemahan harga emas. Konsolidasi akan dilakukan hingga pasar mendapatkan kembali momentum bullishnya. Indikasinya adalah munculnya titik jenuh sehingga menjadi pijakan untuk melakukan gerak tolakan yang besar.
Pun demikian, investor masih perlu memperhatikan berita perundingan perdagangan AS – China tetap menjadi fokus. Mengutip sumber, sebuah laporan di The Wall Street Journals mengatakan Washington dan Beijing bisa mencapai kesepakatan pada awal bulan ini. Laporan mengatakan pakta itu akan mengakhiri sebagian besar tarif AS yang dikenakan terhadap China sebagai imbalan untuk yang terakhir menindaklanjuti janjinya sendiri untuk memungkinkan lebih banyak ekspor AS, di antara langkah-langkah lainnya.
Kesepakatan itu belum selesai dan rintangan tetap ada di kedua sisi, tetapi kesepakatan formal dapat dicapai pada pertemuan puncak – kemungkinan sekitar 27 Maret – antara Presiden Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping, kata sumber-sumber itu. Ekonomi China juga akan menjadi fokus pekan ini dengan Kongres Rakyat Nasional yang akan dimulai dan para pejabat diharapkan mengumumkan target pertumbuhan. (Lukman Hqeem)