ESANDAR, Jakarta – Ekspor Jepang jatuh untuk bulan ketujuh berturut-turut pada Juni, terpukul oleh penurunan tajam dalam pengiriman alat-alat pembuat chip dan suku cadang kendaraan bermotor ke China, karena tarif dikenakan pada barang-barang teknologi China oleh AS terus mengambil tol pada perdagangan global.
Ekspor Jepang turun 6,7% pada Juni dibandingkan dengan tahun lalu, data yang dirilis oleh Kementerian Keuangan pada Kamis (18/07/2019). Angka ini lebih besar dari penurunan konsensus 5,4% dalam jajak pendapat FactSet para ekonom. Pengiriman alat pembuat chip ke China turun lebih dari seperempat, data menunjukkan.
Ekspor melemah sementara terjadi penurunan impor pada gas alam cair dan logam nonferrous, yang menyebabkan surplus perdagangan 590 miliar yen ($ 5,47 miliar) pada Juni, dibandingkan dengan defisit perdagangan 967 miliar Yen pada bulan sebelumnya.
Ketidakpastian ekonomi merugikan eksportir peralatan presisi seperti Jepang, yang merupakan rumah bagi Tokyo Electron Ltd., Dainippon Screen Manufacturing Co, Advantest Corp dan pembuat mesin besar lainnya.
Ekspor ke Cina, selaku mitra dagang terbesar Jepang, turun 10% tahun-ke-tahun. Ekspor keseluruhan ke Asia turun 8%, karena penurunan permintaan chip global mengurangi minat para pembuat chip seperti Samsung Electronics Co Korea Selatan untuk berinvestasi dalam ekspansi kapasitas. Ekspor ke Eropa juga turun 7% karena selera yang lebih rendah untuk barang-barang Jepang.
Namun, ekspor ke AS naik 4,8% karena permintaan yang lebih tinggi untuk peralatan pembuat chip Jepang, memperluas surplus perdagangan bulanannya dengan AS sebesar 13,5%. Data datang di tengah tekanan terus-menerus dari Washington pada Jepang untuk kesepakatan perdagangan bilateral. (Lukman Hqeem)