Dolar AS Melemah atas Kenaikan klaim pengangguran

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Dolar AS masih mempertahankan kekuatannya. Pada perdagangan Selasa (20/03/2018) hampir semua mata uang tertekan melawannya. Secara khusus, Dolar AS memberikan tekanan hebat kepada Yen Jepang. Para investor memilih sikap menunggu dalam menghadapi penentuan suku bunga the Fed yang baru.

Awalnya Dolar AS memang mengalami tekanan dari mata uang utama dunia lainnya. Dolar AS masih alami tekanan dari euro dan pound di mana potensi Brexit memberikan peluang pound, dan bagi euro ini juga merupakan berita gembira tersendiri setelah ada sedikit ketidakcocokan strategi ekonomi zona euro antara Presiden Perancis Emmanuel Macron dengan Kanselir Jerman Angela Merkel.

Investor juga masih menantikan masa depan paket stimulus dari bank sentral zona euro tersebut yang sudah menghabiskan dana sekitar €2,5 trilyun selama 3 tahun lalu dan beredar kabar bahwa ECB akan mulai menaikkan suku bungany lebih cepat waktunya daripada jadwal semestinya di September nanti.

Penguatan dolar AS sendiri terjadi dari beberapa data ekonomi di luar AS yang kurang mendukung normalisasi kebijakan moneternya di masing-masing bank sentralnya serta strategi Gedung Putih, baik yang berupa strategi politik maupun strategi ekonomi, yang terus membuat bingung investor untuk menghadapi masa depan ekonomi yang kondusif.

Inilah yang membuat yen juga melemah hari ini meski data awal dari survei Tankan menunjukkan situasi bisnis di Jepang masih lebih baik daripada 3 bulan sebelumnya. Skandal tanah yang melibatkan Menteri Keuangan Taro Aso dan PM Shinzo Abe juga merepotkan mata uang Jepang tersebut setelah sebuah jajak pendapat akhir pekan lalu ternyata menghasilkan sebuah kejutan bahwa PM Abe dituntut untuk mundur dan bertanggung jawab atas kasus tersebut.

Banyak pihak yakin bahwa ekonomi AS atau suku bunga the Fed bisa naik dengan cepat, namun ini tentu akan membuat langkah inflasi AS juga akan tertahan karena bila Powell mengeluarkan maklumat dengan bernada hawkish, maka akan timbul dolar AS untuk menguat, dan ini merupakan rekam jejak yang negatif bagi kenaikan inflasinya sendiri, sehingga akan memperberat usaha the Fed yang memang ingin memperbaiki laju inflasinya.

Disinilah kita melihat bahwa tampaknya Powell akan menjaga bahwa dolar AS untuk tidak menguat terlalu besar ketika keputusan the Fed menaikkan suku bunganya, karena memang tugas Powell oleh Trump menjaga agar dolar AS tidak terlalu menguat tajam, bahkan kalau bisa terus melemah. (Lukman Hqeem)