Harga Minyak Bergeming Oleh Putusan Donald Trump batalkan perjanjian nuklir dengan Iran

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Harga minyak mentah dalam perdagangan minggu lalu, berakhir naik. Selain faktor melemahnya Dolar AS, konsistensi pembatasan produksi minyak mentah mampu menjaga tren kenaikan harga minyak.

Penguatan harga minyak waktu itu berkat uraian pernyataan dari Menteri Perminyakan Arab Saudi Khalid al-Falih yang menyatakan bahwa produksi minyak Saudi Aramco akan menurun sebesar 100 ribu bph mulai Maret nanti. Selain itu, ekspornya juga akan turun di bawah 7 juta bph mulai bulan ini.

Al Falih menegaskan bahwa dirinya bersama dengan negara-negara anggora OPEC akan tetap mempertahankan pengurangan pasokan minyak dunia sepanjang tahun ini yang sudah dilakukan sejak 2017 lalu dan al-Falih sangat yakin bahwa pasokan minyak dunia akan segera seimbang bahkan bisa defisit dengan langkah OPEC dan Rusia tersebut.

Selain itu dukungan tertahannya harga minyak untuk tetap positif setelah pandangan Citigroup bahwa pertumbuhan ekonomi global yang membaik maka akan meningkatkan permintaan konsumsi minyak dunia. Citigroup memperkirakan bahwa 2018 ini, pasokan minyak akan kelebihan pasokan hanya 0,2 juta bph atau bahkan 0 karena sisi permintaan yang meningkat tersebut.

Harga minyak WTI ditutup menguat $0,34 atau 0,55% di level $61,68 per barel. Sedangkan minyak Brent ditutup menguat $0,51 atau 0,68% di harga $64,84 per barel. Untuk perdagangan mingguan, minyak WTI naik sebesar 4,2% dan minyak Brent naik sebesar 3,3%.

Pandangan Citigroup tersebut hampir mirip dengan laporan bulanan OPEC yang terakhir di mana OPEC menyatakan bahwa perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia akan tumbuh 1,59 juta bph atau naik 60 ribu bph dengan pendorong utama dari impor China. Tumbuhnya minyak dari kelompok kartel produsen minyak ini menunjukkan bahwa ekonomi dunia sedang membaik.

Pernyataan Al Falih tersebut sedikit menganulir pandangan bulanan dari International Energy Agency (IEA)  di mana usaha OPEC yang membatasi pasokan minyak dunia tidak akan berhasil menanggulangi kelebihan produksi yang dilakukan AS. IEA dalam laporan bulanannya menyatakan bahwa produksi minyak AS bisa melebihi angka 11 juta bph di tahun ini, namun juga melaporkan bahwa permintaan konsumsi minyak dunia akan naik juga sekitar 7,7% di tahun ini.

Namun Lembaga Informasi Energi AS, dalam laporan mingguannya menyatakan bahwa produksi minyak menjadi 10,27 juta bph, meningkat dibanding sebelumnya 10,24 juta bph. Sayangnya peningkatan produksi ini tidak dibarengi dengan jumlah pengolahan minyak yang terpasang. Jumlah unit pengolahan minyak mengalami penurunan menjadi 89,8%. Meski pihak Baker Hughes juga menyatakan ada 7 rig yang aktif kembali sehingga total rig yang aktif berjumlah 798 buah. (Lukman Hqeem)