Harga emas turun oleh penguatan Dolar AS paska data ekonomi AS yang solid.

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Harga emas naik pada perdagangan di hari Selasa (12/02). Dolar AS mengalami koreksi dan mengakhiri rentetan kenaikan dalam delapan kemenangan beruntun. Indek Dolar AS, turun 0,4% ke 96,675.

Alhasil harga emas berjangka bisa diselesaikan dizona positif meski sejumlah , dengan investor mengalihkan perhatian mereka ke detail dalam serentetan perdagangan AS-Cina. Harga emas untuk kontrak pengiriman bulan April di bursa Comex, berakhir dengan naik $ 2,10, atau 0,2%, untuk menetap di $ 1,314 per ounce.

Dalam perdagangan sebelumnya, harga emas mengalami kerugian 0,5% karena kenaikan indek dolar AS berada di level tertinggi sejak Desember. Kenaikan ini memangkas permintaan investor untuk melakukan aksi beli dengan menggunakan mata uang selain Dolar AS.

Kabar bahwa perundingan antara kongres AS dengan pemerintah mencapai kesepakatan tentatif pada hari Senin guna mencegah penutupan pemerintah, mendorong kenaikan di bursa saham. Aset yang lebih beresiko ini mendapatkan daya tariknya dan memburamkan permintaan akan emas. Meskipun kesepakatan itu masih membutuhkan persetujuan dari Presiden Donald Trump juga.

Kenaikan harga emas ini masih terbatasi, mengingat belum adanya pemberitahuan resmi dari Dewan Emas Dunia mengenai partisipasi China selama liburan Tahun Baru Imlek minggu lalu.

Investor juga menantikan hasil potensial dari dimulainya kembali pembicaraan perdagangan AS – China minggu ini. Presiden A.S. Donald Trump mengatakan minggu lalu bahwa ia tidak memiliki rencana untuk bertemu dengan Presiden China Xi Jinping sebelum batas waktu 1 Maret untuk mencapai kesepakatan perdagangan.

Tarif AS. untuk impor Tiongkok senilai $ 200 miliar masih akan ditetapkan meningkat menjadi 25% dari 10% pada 2 Maret. Terlebih jika kedua belah pihak tidak dapat mencapai kesepakatan.

Sejak akhir tahun lalu, harga Emas telah naik lebih dari 2% dibawah bayang-bayang penurunan pertumbuhan ekonomi global dan perkiraan jeda kebijakan kenaikan suku bunga the Federal Reserve. Hal ini mengirim investor untuk mencari perlindungan dari risiko pasar keuangan dengan memilih emas.

Nada dovish dari The Fed mendorong emas lebih bullish selama 12 bulan ke depan. Tren bullish ini disumbang oleh nol kenaikan suku bunga the Fed tahun ini. Sebagaimana konsensus saat ini yang dinilai oleh pasar pendapatan tetap. Faktanya, pasar saat ini mempertimbangkan kemungkinan penurunan suku bunga pada akhir tahun.

“Komentar akomodatif oleh Fed ini pada dasarnya membatasi suku bunga riil serta reli dolar dari tahun 2018. Emas secara historis berkinerja baik ketika suku bunga riil di bawah 2% dan suku bunga riil telah mundur kembali di bawah 1% dalam beberapa pekan terakhir. (Lukman Hqeem)