ESANDAR, Jakarta – Penasihat perdagangan Presiden Donald Trump Peter Navarro menyebut diskusi antara AS dan China “kembali ke jalurnya” dalam wawancara yang disiarkan televisi pada Selasa (02/07/2019), dimana ia juga mengkritisi Federal Reserve dan memperkirakan tonggak pasar saham.
Berbicara di CNBC, Navarro mengatakan pembicaraan antara Washington dan Beijing sedang menuju “arah yang sangat baik” setelah pertemuan antara Trump dan Presiden Cina Xi Jinping pada KTT G-20 di Osaka. Navarro menyarankan tidak ada batas waktu untuk kesepakatan perdagangan, dengan mengatakan “kita akan mendapatkan kesepakatan yang banyak bagi Amerika.” Ditanya apakah kesepakatan perlu dicapai sebelum pemilihan presiden 2020, Navarro mengatakan Trump tidak tidak mencari untuk mengeksekusi “trik politik murah.”
Trump pada hari Senin mengatakan AS dan pejabat Cina sudah berbicara melalui telepon setelah gencatan senjata tarif disepakati pada KTT G-20.
Bursa saham AS. berubah positif pada Selasa pagi setelah awalnya sedikit lebih rendah, karena keraguan muncul tentang kesepakatan substantif yang dicapai dengan cepat. Indek Dow Jones melayang di sekitar 26.700, Navarro mengatakan level 30.000 dapat dicapai jika Kongres menyetujui Perjanjian AS-Meksiko-Kanada dan Fed menurunkan suku bunga.
Menurut Navarro, Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell telah melemparkan “bola melengkung,” ditambahkan olehnya bahwa ia berharap Fed akan menurunkan suku bunga ke depan.
Trump sering mengkritik The Fed karena menaikkan suku bunga, dimana dilakukan oleh bank sentral sebanyak empat kali tahun lalu. Ekonom mengatakan the Fed kemungkinan akan menurunkan suku bunga tahun ini.
Presiden juga sering meminta Kongres untuk menyetujui USMCA, yang akan menggantikan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA). Disisi lain, Kubu Demokrat termasuk Ketua DPR Nancy Pelosi mengatakan mereka memiliki keprihatinan tentang bagian dari kesepakatan termasuk perlindungan tenaga kerja dan lingkungan.
Ada spekulasi bahwa Navarro, seorang garis keras perdagangan, akan pergi segera setelah Trump mundur karena ancaman tarif tambahan di Cina. (Lukman Hqeem)