ESANDAR, Jakarta – Harga emas berakhir lebih tinggi pada Senin, karena klaim Presiden Donald Trump di Twitter bahwa Rusia dan Cina memainkan “permainan devaluasi mata uang“.
Cuitan ini memberikan kontribusi terhadap tekanan pada dolar AS. Melemahnya Dolar AS mengangkat permintaan untuk logam mulia, yang diperdagangkan dalam greenback.
Pada perdagangan komoditi lainnya, harga Paladium dipasar berjangka juga mengalami kenaikan. Tercatat sebagai penutupan tertinggi sejak akhir Februari, oleh kekhawatiran tentang potensi sanksi AS lebih lanjut terhadap Rusia, yang merupakan salah satu produsen logam terbesar di dunia.
Bagi pasar, pernyataan Donald Trump tentang Cina dan Rusia yang dituding memainkan permainan devaluasi dan itu tidak dapat diterima. Hal ini berkontribusi pada kenaikan harga emas pada hari Senin. Komentar itu membangkitkan kekhawatiran seperti ketika di akhir Januari Menteri Keuangan Steven Mnuchin membalikkan kebijakan dolar tradisional yang kuat pada konferensi Davos.
Harga emas untuk kontrak pengiriman bulan Juni naik $ 2,80, atau 0,2%, ke $ 1,350.70 per troy ons. Ini dihitung kenaikan sekitar 0,8% minggu lalu, setelah berakhir Rabu pada penutupan tertinggi sejak akhir Januari. Sementara Indeks Dolar AS, DXY, turun 0,4% menjadi 89,44.
Diawal perdagangan, harga emas sempat tertekan dengan kenaikan saham AS. Mereka menikmati reli lega terkait dengan harapan bahwa AS tidak akan terseret ke dalam konflik yang lebih dalam dengan sekutu Suriah, Rusia dan Iran paska serangan udaranya.
Harga emas “hampir tidak bereaksi sama sekali” terhadap serangan militer AS ke Suriah. Serangan yang menurut Menteri Luar Negeri AS Boris Johnson, sebagai tindakan satu kali, tanpa serangan lebih lanjut yang direncanakan. AS bergabung dengan sekutu Perancis dan Inggris untuk meluncurkan rudal selama akhir pekan yang menghancurkan banyak kemampuan senjata kimia Suriah.
Permintaan akan emas muncul sebagaimana terlihat dalam aliran dana di bursa. Arus investasi ke Emas ETF masuk 16,6 ton minggu lalu dan tidak kurang dari 36 ton sejak awal bulan. Ini sudah hampir dua kali lipat dibanding bulan Maret. Jumlah posisi beli juga semakin besar, investor secara perlahan mulai menunjukkan peningkatan minat beli sebagai respon terhadap resiko geopolitik. (Lukman Hqeem)