Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Indek saham bergerak moderat dalam perdagangan awal minggu ini. Tiga indek bursa saham utama AS, Dow Jones, NASDAQ dan S&P 500 ditutup mendekati posisi tertingginya sepanjang masa. Ini merupakan catatan ke 26 kalinya ditahun ini. Secara terus menerus, rekor kenaikan ini terjadi seiring dengan berbagai rekor lainnya ditahun ini.

Beragam laporan keuangan emiten yang dipaparkan ditambah dengan sejumlah aksi penggabungan perusahaan besar-besar mampu mendorong kenaikan pasar. Produsen chip computer, Broadcom dan Qualcomm bergabung. Menjadikan saham-saham mereka melejit .

Kenaikan pasar juga terimbas hasil positif langkah penegakan anti korupsi di Arab Saudi diakhir pekan kemarin. Sejumlah pejabat tinggi, menteri dan keluarga kerajaan ditangkap.  Harga Minyak mentah naik lebih dari 3% dan berakhir di harga $57.35 per barel. Kenaikan harga komoditi ini juga membuat harga logam mulia naik. Harga emas ditutup naik 1%. Disisi lain, Indek Dolar AS terkoreksi.

Indek S&P 500 berakhir naik 3.29 points, atau 0.1%, ke 2,591.13, lima dari 11 sektor saham ditutup naik. Sektor telekomunikasi merupakan yang paling terpukul sementara sektor energy yang paling kinclong. Indek Dow Jones berakhir naik 9.23 poin ke 23,548.42 dan Indek Nasdaq naik 22 poin atau 0.3%, ke 6,786.44.

Dalam lawatan 11 hari ke Asia, President Donald Trump melakukan kunjungan pertama ke Jepang. Pada kesempatan ini, Trump meminta Jepang mendukung AS dalam menghadapi Korea Utara. Trump juga mengumumkan pembelian beragam amunisi dan perlengkapan militer untuk merontokkan serangan Korea Utara ke Jepang.

Disisi lain, Trump juga menekan Jepang dalam hal perdagangan, dimana dikatakan olehnya bahwa Jepang  telah menang selama puluhan tahun dalam hubungan bilateral tersebut.

Sementara itu, dikabarkan rencana pengunduran diri Gubernur  The  Fed wilayah New York, William Dudley. Sebagaimana diberitakan kemarin, bahwa wakil pimpinan Gubernur Bank Sentral AS ini sedianya akan mundur pada tahun depan. Lebih dini 6 bulan dari akhir masa jabatannya. Kabar ini hadir bersamaan dengan masa pergantian pimpinan The Fed dimana Jerome Powell ditunjuk oleh Presiden Donald Trump untuk menggantikan Janet Yellen.

Pada titik ini, tidak ada kesangsian bahwa indek saham akan terkoreksi. Laporan keuangan emiten yang solid, mendorong pertumbuhan ekonomi baik nasional dan internasional. Indek masih akan mencoba menembus level resistensinya, dibandingkan langsung akan mengkoreksi diri.

Perhatian pelaku pasar tertuju pada perkembangan terkini di Arab Saudi. Bagaimana dampak penegakan korupsi ini terhadap harga minyak dan komoditi lainnya. Stabilitas regional juga menjadi pertimbangan pula. Harga minyak mentah yang kini diatas $60 bisa saja akan membuat upaya pemulihan ekonomi terhampat.  (Lukman Hqeem)