ESANDAR – Bursa saham Asia naik tipis mengawali perdagangan minggu ini, Senin (07/10/2019). Sejumlah data ekonomi menunjukkan diantaranya tingkat pengangguran di Amerika Serikat mengalami penurunan ke level terendah dalam 50 tahun terakhhir ini. Hal ini mampu meredakan kekhawatiran pasar sebelumnya, akan potensi perlambatan ekonomi di Negeri Paman Sam.
Dalam hitungan Indek MSCI Asia Pasifik tanpa memasukkan bursa Jepang, Indek naik 0,25%. Indek Nikkeo 225 Jepang sendiri naik 0,29%.
Pada perdagangan surat hutang negara, besarnya imbal hasil Obligasi AS mengalami kenaikan tipis. Dengan data ekonomi saat ini, memunculkan kemungkinan bahwa The Fed tidak perlu memangkas suku bunga lebih lanjut. Imbal hasil obligasi tenor 10-tahun naik menjadi 1,5187% dibandingkan dengan penutupan pada hari Jumat sebesar 1,5140%.
Memang sentimen ekonomi A.S. memburuk tajam minggu lalu setelah data yang mengecewakan tentang manufaktur dan jasa mengisyaratkan bahwa perang dagang AS – China telah memakan korban. Potensi The FED memangkas suku bunga kembali bulan ini membesar untuk mencegah resesi.
Namun diujung akhir pekan, ada laporan tentang peningkatan sederhana dalam sektor lapangan kerja di AS. Hal ini sedikit meredakan kekhawatiran, meski para pedagang telah memperingatkan bahwa risiko penurunan masih sangat besar di cakrawala.
Sebagaimana diberitakan, tingkat pengangguran AS turun menjadi 3,5% pada bulan September untuk mencapai yang terendah sejak Desember 1969. Penggajian non-pertanian juga tumbuh pada bulan September, tetapi sedikit kurang dari yang diharapkan.
Perhatian pelaku pasar selanjutnya bergeser ke putaran berikutnya negosiasi perdagangan AS – China yang diharapkan akan dilakukan di Washington pada 10-11 Oktober. Pasar ingin melihat apakah kedua pihak dapat mengakhiri perang perdagangan selama setahun yang memar yang telah melukai pertumbuhan global dan meningkatkan risiko resesi.
Dengan angka pertumbuhan lapangan kerja yang moderat disaat inflasi masih rendah, menjadi sentiment positif pada perdagangan di bursa saham. Dolar AS disisi lain juga melunak mengantisipasi pertemuan AS – China mendatang. Aksi risk on mengemuka dan menyisakan tekanan pada aset-aset safe haven, seperti Emas dan Yen dalam perdagangan mata uang. Bursa saham S&P 500 sendiri berakhir naik 1,4% dalam perdagangan di hari Jumat (04/10/2019).
Di pasar mata uang, yen naik tipis menjadi 106,78 melawan dolar AS. Yuan China merosot setelah Bloomberg melaporkan bahwa pejabat China memberi sinyal bahwa mereka semakin enggan untuk menyetujui kesepakatan perdagangan luas yang ditempuh oleh Presiden AS Donald Trump. Yuan melemah sekitar 0,20% dalam perdagangan luar negeri menjadi 7,1285 yuan per dolar. Tidak ada perdagangan Daratan karena Senin ini masih hari liburan di Cina.
Amerika Serikat dan China telah saling menampar tarif barang-barang satu sama lain sebagai bagian dari perselisihan yang sudah berlangsung lama mengenai praktik perdagangan Beijing, yang menurut Washington tidak adil.
Sementara itu, Bank-bank sentral di seluruh dunia telah melonggarkan kebijakan untuk mengimbangi dampak negatif dari perang dagang. The Fed telah menurunkan suku bunga dua kali tahun ini, tetapi pasar pekerjaan yang kuat menunjukkan penurunan suku bunga lebih lanjut mungkin tidak diperlukan.
Kekhawatiran tentang ketidakstabilan politik di Hong Kong dapat melukai sentimen pasar setelah tentara China mengambil langkah yang tidak biasa dengan mengeluarkan peringatan kepada pengunjuk rasa anti-pemerintah di Hong Kong selama akhir pekan. Empat bulan protes yang sering disertai kekerasan terhadap pemerintahan Cina telah mendorong bekas jajahan Inggris itu ke jurang resesi dan menjadi tantangan serius bagi kontrol Beijing atas kota itu.
Dalam perdagangan komoditi, harga minyak mentah AS turun 0,34% menjadi $ 52,63 per barel karena kekhawatiran tentang kelebihan pasokan secara teratur membebani harga minyak berjangka. Harga emas dipasar spot (XAUUSD), naik 0,26% menjadi $ 1,508,19 per troy ons. (Lukman Hqeem)