ESANDAR, Jakarta – Mengawali perdagangan minggu ini, bursa saham Asia memantul secara luas pada hari Senin (18/02). Para investor berani berharap dalam kemajuan pembicaraan perdagangan China -A.S. di Washington minggu ini. Selain itu, investor melihat sejumlah Bank Sentral siap mengeluarkan lebih banyak kebijakan stimulus dalam minggu ini. Indeks MSCI di luar bursa Jepang naik 0,9 %, pulih dari penurunan tajam Jumat lalu.
Indek Nikkei Jepang naik 1,8 % ke level tertinggi tahun ini, sementara Indek Shanghai menguat 2,1 %. Pada perdagangan akhir pekan lalu, Indek Dow Jones dan Nasdaq telah mencatatkan keuntungan mingguan kedelapan berturut-turut mereka berpijak pada hasil menjanjikan dari perundingan Amerika Serikat dan Cina. Minggu ini, kedua belah pihak akan melanjutkan negosiasi, dimana Presiden AS Donald Trump mengatakan ia mungkin memperpanjang batas waktu 1 Maret untuk kesepakatan. Keduanya melaporkan kemajuan dalam pembicaraan lima hari di Beijing pekan lalu.
Dorongan kenaikan bursa juga berasal dari harapan yang berkembang akan kebijakan yang lebih reflationary dari beberapa bank sentral dunia. Kebutuhan akan stimulus menjadi sorotan pada hari Senin oleh sejumlah data yang menunjukkan penurunan tajam dalam ekspor Singapura dan penurunan besar dalam pesanan asing untuk barang-barang mesin Jepang. Beijing sendiri sudah mengambil tindakan dengan bank-bank China yang membuat pinjaman baru paling banyak dicatat pada Januari dalam upaya untuk memulai investasi yang lesu.
Disisi lain, investor juga menunggu pengungkapan risalah pertemuan kebijakan terakhir Federal Reserve yang akan dirilis pada hari Rabu besok. Setidaknya risalah ini bisa memberikan panduan lebih lanjut tentang kemungkinan adanya atau tidak adanya kenaikan suku bunga tahun ini. Juga sejumlah isu yang akan disorot terkait neraca yang jauh lebih besar dari yang direncanakan sebelumnya. Pasar mengantisipasi risalah The Fed yang mengulangi pesan dovish secara keseluruhan.
Pasar juga akan mencermati sejumlah pernyataan resmi dari para pejabat The Fed yang dijadwalkan akan berbicara di berbagai acara pekan ini, termasuk dalam konferensi meja bundar pada hari Jumat yang mencakup masa depan neraca keuangannya.
Sementara itu, pejabat Bank Sentral Eropa Olli Rehn mengatakan kepada sebuah surat kabar Jerman pada hari Minggu bahwa data baru-baru ini menunjukkan melemahnya ekonomi zona euro dan suku bunga akan tetap pada tingkat saat ini sampai tujuan kebijakan moneter tercapai. Pernyataan ini muncurl di tengah banyak spekulasi bahwa ECB akan meluncurkan putaran lain kebijakan stimulus berupa Operasi Pembiayaan Jangka Panjang Bertarget (TLTRO) untuk mendukung pinjaman bank.
Kebijakan yang lebih lunak dari ECB ini membuat Euro melemah dan menyentuh posisi terendah dalam tiga bulan ini pada hari Jumat. Euro kemudian memantul dengan komentar dovish dari pejabat The Fed. Mata uang tunggal ini naik 0,2 % dalam perdagangan awal minggu ini dengan diperdagangkan pada kisaran $ 1,1312. Bentangan perdagangan $ 1,1213 – 1,1570 sejak pertengahan Oktober.
Pada perdagangan mata uang lainnya, Dolar AS stabil pada yen di 110,53, setelah mundur dari tertinggi dua bulan 111,12. Poundsterling menguat ke $ 1,2913 menjelang pembicaraan Brexit antara Perdana Menteri Inggris Theresa May dan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker minggu ini. Indek Dolar AS sendiri melemah dengan turun di 96,765 dari minggu lalu di 97,368.
Dari bursa komoditas, melemahnya dolar membantu harga emas naik 0,2 % ke $ 1.323,56 per ounce. Sementara harga minyak mentah mencapai posisi tertinggi mereka untuk tahun ini, didukung oleh pengurangan pasokan OPEC dan sanksi AS terhadap Iran dan Venezuela. Harga Minyak AS naik 25 sen ke $ 55,84 per barel, sementara minyak Brent naik 5 sen ke $ 66,30. (Lukman Hqeem)