ESANDAR, Jakarta – Bursa saham Asia ditutup beragam pada perdagangan hari Jumat (02/01) karena titik terang dalam pembicaraan perang dagang AS – China di Washington. Meski kesepakatan kecuali janji pertemuan kedua antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin China Xi Jinping. Kenaikan indek saham terbatasi oleh survei yang menunjukkan bahwa manufaktur China melambat ke level terendah dalam hampir tiga tahun ini.
Indeks Hang Seng Hong Kong harus kehilangan 0,3%. Indek Nikkei 225 Jepang naik 0,1% setelah tingkat pengangguran negara itu secara tak terduga turun menjadi 2,4% pada bulan Desember, dari 2,5% bulan sebelumnya. Indek Kospi Korea Selatan, naik 0,1%.
Sejumlah saham yang mendapat perhatian investor diantaranya adalah Fast Retailing naik di sementara Nintento jatuh setelah memotong perkiraan penjualan untuk Switch game konsol. Saham perusahaan asuransi AIA Group jatuh di Hong Kong, seperti halnya AAC dan Sunny Optical. SK Hynix melonjak di Korea Selatan.
Sebelumnya, banyak laporan keuangan emiten yang membantu indeks A.S. naik. Facebook melaporkan bahwa ia menghasilkan $ 6,9 miliar pada kuartal keempat, 61% lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Setelah penutupan perdagangan reguler, Amazon mengatakan keuntungan kuartalannya mencapai $ 3 miliar untuk pertama kalinya, meskipun perkiraan untuk kuartal saat ini hangat.
Indeks S&P 500 berakhir naik 0,9% ke 2,704,10. Indek Dow Jones turun 0,1% menjadi 24.999,67 sedangkan Indek Nasdaq melonjak 1,4% menjadi 7.281,74.
Para negosiator Amerika dan China mengakhiri pembicaraan dua hari di hari Kamis dengan tanpa kesepakatan. Pun demikian, muncul pandangan optimis bahwa Presiden Donald Trump akan melakukan pertemuan dengan Presiden Xi Jinping, selain itu Cina telah setuju untuk membeli lebih banyak kedelai Amerika. Kedua negara masih dalam masa gencatan senjata tarif hingga 2 Maret. AS diperkirakan akan menaikkan pajak impor dari 10% menjadi 25 % untuk $ 200 miliar pada barang-barang Cina kembali sesudahnya jika tidak ada kesepakatan lain yang signifikan.
Sebuah survei swasta yang dirilis pada hari Jumat menunjukkan bahwa aktifitas manufaktur di China melambat pada bulan Januari. PMI Manufaktur Caixin China sebesar 48,3 pada Januari, turun dari 49,7 pada Desember.
Ini adalah angka terendah sejak Februari 2016. Angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi pada skala 100 poin indeks. Survei tersebut juga mengatakan bahwa produksi dan pesanan baru China merosot lebih lanjut pada Januari sementara pesanan ekspor naik. Hal ini sontak memicu kekhawatiran baru bahwa ekonomi terbesar kedua dunia itu memang mengalami perlambatan. (Lukman Hqeem)