Bursa Saham AS, Saham Apple

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Bursa saham AS berakhir dengan turun dimana sebagian besar saham tidak banyak berubah dalam perdagangan di hari Senin (25/03). Sentimen negatif bersumber dari kekhawatiran pasar atas terjadinya penurunan imbal hasil obligasi AS. Hal ini membuat pelaku pasar was-was dengan potensi terjadinya resesi. Meskipun masih ada pandangan optimis dengan pertumbuhan ekonomi global.

Tiga indek utama di Wall Street sebagian besar berakhir turun, Indek S&P 500 turun 0,08%, Indek Nasdaq turun 0,07% dan Indek Dow Jones naik 0,06%.

Indeks S&P 500 mengakhiri perdagangan yang berombak dengan turun karena kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan jatuhnya saham  Apple. Sektor keuangan di bursa ini berakhir turun 0,4 %, jatuh untuk kelima kalinya secara berturut-turut. Ini merupakan penurunan beruntun terpanjang tahun ini.

Apple, selaku Raksasa teknologi ini rontok sebesar 1,2% meskipun mereka meluncurkan sejumlah layanan berlangganan di berbagai sektor, termasuk game, berita, pembayaran, dan konten asli. Apple juga meluncurkan layanan TV streaming yang sangat dinanti-nantikan penggemarnya, Apple TV +, yang akan bebas iklan dan termasuk didalamnya konten asli dari raksasa teknologi itu untuk melengkapi dengan Netflix dan Amazon. Apple TV + akan dibundel dengan konten dari penyedia lain termasuk HBO, Showtime dan CBS All Access dan memungkinkan pengguna DirectTV dan Hulu untuk mengakses saluran melalui aplikasi Apple TV. Sayangnya perusahaan tidak merilis harga untuk layanan streaming, dengan pembaruan yang diharapkan pada musim gugur.

Sementara itu, saham-saham dari sektor industri, juga terus merugi karena saham Boeing masih berusaha pulih dari beberapa kerugiannya baru-baru ini setelah peristiwa jatuhnya produk mereka jet 737 Max 8. Federal Aviation Administration dilaporkan hampir menyetujui pembaruan keamanan dari Boeing yang dapat melihat armada 737 pesawat Max 8 yang mendarat kembali di langit lebih cepat daripada nanti, sebagaimana dilaporkan oleh The Wall Street Journal pada hari Minggu.

Sejumlah saham diskresioner konsumen mampu membatasi penurunan ini lebih dalam, dipimpin oleh para emiten pembuat rumahan karena ekspektasi bahwa biaya pinjaman yang lebih rendah, berkat penurunan imbal hasil baru-baru ini, akan mendorong aktivitas pembelian rumah dengan musim semi utama yang dekat. Saham seperti Lennar naik 3,5%, DR Horton dan PulteGroup naik lebih dari 2%.

Sementara itu, isu utama yang menjadi perhatian pelaku pasar adalah penurunan imbal hasil Obligasi AS. Indek bursa saham bergerak naik turun dalam wilayah negatif dan positif sepanjang sesi, dimana para investor mengawasi pasar Obligasi A.S secara seksama.

Imbal hasil Obligasi AS 10-tahun sebagai patokan utama telah turun ke level terendah sejak Desember 2017, sementara kurva imbal hasil antara tagihan tiga bulan dan uang kertas 10-tahun berbalik lebih jauh karena investor terus menilai sikap dovish The Federal Reserve yang muncul sejak pekan lalu. Sebagaimana diberitakan, The Fed menandai perlambatan ekonomi yang diperkirakan minggu lalu dan memutuskan untuk tidak menaikkan suku bunga tahun ini.

Memperpanjang penurunan dalam minggu sebelumnya, imbal hasil obligasi AS untuk tenor 3 bulan dan 10 tahun berubah negatif pada minggu lalu. Hal ini meningkatkan kekhawatiran pasar akan datangnya resesi ekonomi dalam masa satu hingga dua tahun. Dalam catatan sepuluh tahun terakhir. Imbal hasil rata-rata menghasilkan sekitar 2,4 %.

Pun demikian Goldman Scahs tetap memberikan pandangan optimis. Menurut mereka prospek aset berisiko tetap “cukup cerah” di tengah lingkungan pertumbuhan (ekonomi) global yang secara bertahap lebih kuat.

Berita politik domestik, sempat menjadi perhatian pasar meski sebagian besar Investor mengabaikan laporan Penasihat Khusus Robert Mueller bahwa kampanye Presiden Donald Trump tidak berkolusi dengan Rusia. Laporan tersebut tetap meninggalkan masalah yang belum terselesaikan, yaitu apakah Trump menghalangi keadilan dengan merusak investigasi yang telah mengepalai kepresidenannya. Jaksa Agung AS, William Barr menyatakan bahwa penyelidikan atas penasihat khusus Presiden Donald Trump tersebut telah mencapai kesimpulan bahwa Trump tidak melakukan kejahatan, tetapi tidak juga membebaskannya.

Dari perkembangan perundingan perdagangan AS – China, dikabarkan bahwa pejabat tinggi A.S. melakukan perjalanan ke Beijing untuk putaran pembicaraan tingkat tinggi terbaru, yang dijadwalkan akan dimulai pada 28 Maret. (Lukman Hqeem)