ESANDAR, Jakarta – Setahun lagi, Inggris akan secara resmi meninggalkan Uni Eropa. Meski masih diliputi banyak ketidak pastian, Poundsterling yang digadang-gadang akan runyam paska Brexit, kini masih kuat bertahan dan baik-baik saja.
Paska pemungutan suara langsung pada Juni 2016, Poundsterling memang anjlok menguji level support ke $1,24 terhadap Dolar AS. Setelah satu semester turun, kini Poundsterling kembali pulih dan menatap langkah yang lebih kokoh.
Setahun yang lalu, Perdana Menteri Inggris, Theresa May, memicu Pasal 50, memulai proses yang akan berujung pada jalan keluar negara pada tanggal 29 Maret 2019. Ditahun itu, pound mulai menguat 9,5% versus greenback dan 4,3% terhadap euro. Sepanjang tahun ini, pound bahkan telah menguat 3,9% terhadap mata uang AS, meski tergelincir 1,4% dibandingkan saingannya mata uang continental, EUR.
Diantara mata uang G10, Poundsterling mencatat kinerja terbaik pada September 2017 karena Bank Inggris yang bersikap lebih hawkish. Satu dolar terakhir dibeli $ 1,4058 hari ini. Diperkirakan dengan kondisi ini, Poundsterling membidik ke $ 1,45 di 2Q18.
Sementara itu jalan menuju pemulihan telah lembut dan bergelombang dan akan terus berlanjut, meskipun dengan liku-liku yang semakin sedikit dan langkah yang lebih tinggi adalah bukti murahnya sterling dan hubungan terbalik dengan ketidakpastian Brexit. Jadi, selama ketidakpastian tidak tiba-tiba menjadi gembira, kondisi untuk pound bisa terus membuahkan hasil.
Dari sudut pandang investor, hasil Brexit akan membuat AS semakin terkait dengan Uni Eropa dan akan menghapus ketidakpastian yang besar sehingga akhirnya akan membuat poundsterling lebih positif.
Data ekonomi saat ini masih belum konsisten dalam melukis gambaran pasca-Brexit Inggris, karena kenaikan inflasi secara drastis lebih tinggi di belakang penurunan enam bulan pound setelah pemungutan suara. Pertumbuhan PDB tahun lalu adalah 1,8%, seperti yang dilaporkan pada hari Kamis, yang menunjukkan ekspansi lebih lambat daripada rekan-rekan dari Inggris.
Ekonomi Inggris bernasib lebih baik, dan akan membaik lebih baik daripada yang diperkirakan oleh banyak orang yang tidak setuju sejak referendum pada Juni 2016. Sebagaimana dikatakan Mark Carney bahwa investasi di Inggris masih lebih rendah daripada yang seharusnya. (Lukman Hqeem)