ESANDAR, Jakarta – Tingkat belanja rumah tangga Jepang mengalami kenaikan tipis pada bulan Desember, dibandingkan setahun sebelumnya. Ini merupakan kenaikan pertama kali yang terjadi dalam empat bulan terakhir, demikian data pemerintah yang dirilis pada hari Jumat (08/02).
Data tersebut setidaknya memberikan beberapa bantuan kepada pembuat kebijakan Bank of Japan dari kekhawatiran bahwa meningkatnya ketidakpastian ekonomi luar negeri dapat mencegah perusahaan dari menaikkan upah dan mengurangi konsumsi.
Dengan kenaikan sebesar 0.1 % dari tahun lalu, angkanya jatuh jauh dari perkiraan pasar yang rata-rata memperkirakan kenaikan sebesar 0.8 % dan penurunan 0.5 % dibulan November yang direvisi .
Diambil bersama-sama dengan data upah yang terpisah, juga dirilis pada hari Jumat, angka-angka menunjukkan pendapatan rumah tangga yang lebih tinggi dapat membantu menopang konsumsi. Upah riil yang disesuaikan dengan inflasi naik pada bulan Desember dari tahun sebelumnya.
Kebijakan “Abenomics” Perdana Menteri Shinzo Abe telah meningkatkan laba perusahaan dengan mengangkat saham dan memberi eksportir keunggulan kompetitif di luar negeri melalui pelemahan yen.
Tetapi mereka gagal untuk meningkatkan konsumsi swasta, yang menyumbang sekitar 60 persen dari produk domestik bruto (PDB), karena perusahaan tetap enggan menaikkan upah.
BOJ terjebak dalam dilema. Pencetakan uang dalam jumlah besar selama bertahun-tahun telah gagal mempercepat inflasi, memaksa bank sentral untuk mempertahankan program pembelian obligasi besar-besaran meskipun lembaga keuangan harus menanggung laba yang lemah dari suku bunga mendekati nol.
Inflasi konsumen inti tahunan Jepang mencapai titik terendah dalam tujuh bulan di 0.7 persen pada bulan Desember dan mungkin akan berkurang dalam beberapa bulan mendatang karena harga minyak yang lebih rendah dan belanja rumah tangga yang lunak, kata para analis. (Lukman Hqeem)