ESANDAR, Jakarta – Bank of Japan memutuskan untuk mempertahankan kebijakan moneter dan memangkas proyeksi inflasi mereka sekali lagi. Keputusan ini sekaligis menggarisbawahi seberapa jauh target harganya dan seberapa sedikit pilihan yang dimiliki oleh bank sentral.
BOJ mempertahankan program pengendalian kurva imbal hasil obligasi dan pembelian aset. Bank sentral mengatakan dalam sebuah pernyataan Rabu (23/01), hasil yang demikian ini sesuai dengan ekspektasi ekonomi kecuali satu dari 50 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg. Bank menurunkan perkiraan inflasi untuk keempat kalinya berturut-turut dalam laporan prospek triwulanan.
Dengan pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) pada hari Kamis dan Federal Reserve minggu depan, kesenjangan antara BOJ dan rekan-rekan globalnya terus melebar. Sementara Fed mungkin akan segera menghentikan kenaikan suku bunga, dan ECB berusaha untuk kembali ke kebijakan pra-krisis, memberi mereka lebih banyak ruang untuk merespons jika terjadi goncangan atau penurunan lainnya.
Dalam laporan prospeknya, BOJ memangkas perkiraan inflasi untuk tahun fiskal yang dimulai pada bulan April menjadi 0,9 persen dari 1,4 persen. Sehingga ini menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun fiskal berikutnya menjadi 0,9 persen. Dana Moneter Internasional mengatakan minggu ini melihat ekonomi Jepang tumbuh lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya, mengutip dukungan fiskal tambahan.
Sementara itu, Kementrian Keuangan memaparkan adanya defisit perdagangan sebesar 55.286 miliar yen pada bulan Desember. Data ini meleset dari ekspektasi berupa defisit 35.3 miliar yen menyusul defisit sebesar 737.7 miliar yen pada November.
Dengan nilai ekspor turun 3.8 persen satu tahun menjadi 7.023 triliun yen jauh dari perkiraan untuk penurunan 1.9 persen menyusul kenaikan 0.1 persen pada bulan sebelumnya.
Ekspor ke seluruh Asia turun 6.9 persen menjadi 3.828 triliun yen, sementara ekspor ke China saja tergelincir 7.0 persen menjadi 1.402 triliun yen. Ekspor ke Amerika Serikat bertambah 1.6 persen menjadi 1.434 triliun dan ekspor ke Uni Eropa naik 3.9 persen menjadi 822.923 miliar yen.
Sementara impor naik 1.9 persen menjadi 7.079 triliun yen dibandingkan ekspektasi untuk kenaikan 4.0 persen setelah lonjakan 12.5 persen sebulan sebelumnya.
Impor dari seluruh Asia turun 2.9 persen menjadi 3.285 triliun yen, sementara impor dari China saja turun 6.4 persen menjadi 1.597 triliun yen. Impor dari Amerika Serikat melonjak 23.9 persen menjadi 866.846 miliar yen dan impor dari Uni Eropa bertambah 2.0 persen menjadi 802.225 miliar yen.
Defisit perdagangan yang disesuaikan adalah 183.6 miliar yen melebihi ekspektasi untuk kekurangan 290.7 miliar yen menyusul defisit 492.2 miliar yen pada November.