ESANDAR, Jakarta – Aussie masih dalam tekanan jual pada perdagangan Senin (13/08). Dibuka lebih rendah dari penutupan perdagangan akhir minggu lalu, pasangan AUDUSD terseok hingga le 0.7262.
Harus diakui bahwa dominasi dolar AS belum tergoyahkan hingga pekan lalu. Mata uang AS ini semakin kuat terhadap rival-rival utamanya, terbantu oleh ambruknya Lira, mata uang Turki.
Pasangan AUDUSD, pada perdagangan hari jumat (10/08) turun tajam di level 0.72942. Mengawali perdagangan minggu ini, Aussie dibuka pada level 0.72707, lebih rendah dari penutupan sebelumnya. Ini mengindikasikan kuatnya tekanan jual. Secara teknis, dengan berada dibawah level pivot 0.7317, AUDUSD masih akan terus turun menuju kisaran 0.7250. Meski peluang kenaikan kecil, namun bila mampu menembus level kunci, Aussie bisa ke level 0.7350 dengan target hingga ke 0.7500. Sebaliknya tekanan jual yang terjadi akan membawa Aussie hingga ke 0.7200.
Dalam pernyataan diakhir pekan kemarin, Bank Sentrak Australia melihat bahwa pertumbuhan ekonomi yang kuat di tahun ini dan tahun depan, namun masih ada keraguan terhadap inflasi untuk mencapai targetnya sehingga hal inilah yang mendasari mereka untuk mempertahankan suku bunga dalam beberapa waktu kedepan. Dalam pertumbuhan mereka mengharapkan bahwa ekonomi Australia mampu berakselerasi menjadi 3.25% di 2018 dan 2019, sebelum pada akhirnya sedikit turun menjadi 3% di 2020.
Saat ini mereka menilai bahwa inflasi mengalami perlambatan hingga menjadi 1.75% di akhir tahun ini, atau dibawah perkiraan sebelumnya di 2%, akibat adanya pemotongan dari pemerintah di sejumlah harga, termasuk untuk listrik dan pendidikan. Namun mereka menilai bahwa laju inflasi inti akan meningkat secara perlahan menuju 2.25% di akhir tahun 2020 mendatang, namun masih dibawah batasan target dari RBA yaitu di kisaran 2% hingga 3%.
Untuk tingkat pengangguran nampaknya RBA masih melihat bahwa masih akan tetap berada di level 5.5% di tahun ini sebelum turun ke level 5.25% pada pertengahan tahun depan, namun angka tersebut dinilai oleh sejumlah kalangan belum mencapai level ideal saat ini yaitu di kisaran 5%, yang memberikan cerminan laju pasar tenaga kerja yang masih lemah. Selain laju pasar tenaga kerja yang masih lemah, tingkat pertumbuhan upah juga mengalami perlambatan di kisaran 2%, sehingga diperkirakan akan menambah tekanan ke bawah terhadap harga konsumen, meskipun ada sedikit bantuan dari pengadaan lapangan kerja yang mengalami sedikit kenaikan di tahun lalu.
Namun demikian Bank Sentral Australia optimis bahwa pertumbuhan PDB akan terjadi seiring peningkatan aktifitas global dan pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur yang berpotensi mengangkat investasi non-pertambangan. Meski demikian, RBA menggarisbawahi adanya potensi risiko yang mengancam pertumbuhan global, oleh meningkatnya ketegangan Perang Dagang AS.(Lukman Hqeem)