harga emas batangan

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Kesepakatan Amerika Serikat dan Kanada dalam perundingan NAFTA mendorong penguatan Dolar AS. Hal ini tentu berimbas pada harga emas yang kembali tertekan.


Pada perdagangan hari pertama dibulan Oktober, harga emas harus berakhir turun, bahkan mencatat kerugian dalam bulanan keenam berturut-turut. Harga logam mulia ini jatuh ke posisi terendah dalam enam minggu. Indek dolar naik mendekati posisi tertingginya dibulan Maret 2018, dengan naik 0,2%. Hasil perjanjian NAFTA yang baru memberikan kepercayaan pasar.


Harga emas untuk kontrak yang berakhir bulan Desember turun $ 4,50, atau 0,4%, untuk menetap di $ 1,191.70 per ounce setelah diperdagangkan serendah $ 1,188.10. Harga, berdasarkan kontrak yang paling aktif, turun 0,4% untuk minggu lalu dan turun 0,9% untuk bulan lalu. Berdasarkan penyelesaian kontrak paling aktif $ 1,254.50 pada 29 Juni, harga turun 4,6% untuk kuartal ketiga.


Pergerakan Dolar AS mencerminkan jatuhnya harga emas sebagai akibat penguatan greenbacks. Investor masih cukup percaya diri, meskipun perdagangan global yang sedang berlangsung dan pasar negara berkembang melemahkan sentimen risiko. Namun naiknya tingkat suku bunga, kondisi ekonomi AS yang kuat dan pasar ekuitas yang bullish di Amerika Serikat hanyalah segelintir sentiment negatif dari banyak tema.


Logam mulia sensitif terhadap kenaikan suku bunga Federal Reserve karena mereka dapat mendorong naiknya imbal hasil obligasi, yang dapat mengurangi daya tarik komoditi emas sebagai aset nonyielding, dan cenderung meningkatkan dolar, yang juga akan membuat emas lebih mahal untuk pembeli yang menggunakan mata uang lainnya.


Sementara itu, Gubernur Bank Sentral AS wilayah Boston, Eric Rosengren mengatakan dukungannya bagi Bank Sentral AS dalam menaikkan suku bunga secara bertahap untuk menghindari potensi masalah di kemudian hari, yaitu kelebihan inflasi.


Saat berbicara di Boston, Eric Rosengren mengharapkan tingkat pengangguran bisa turun lebih jauh ke angka 3,9%. Lebih jauh dikatakan olehnya ada kekhawatiran bahwa kenaikan inflasi akan berisiko dalam meningkatkan stabilitas keuangan, atau justru kedua-duanya sekaligus. Sementara jika menaikkan suku bunga secara bertahap dan cenderung tepat akan menguntungkan dalam jangka panjang termasuk untuk menghindari resesi.


The Fed pekan lalu memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan utama. Kini dalam kisaran 2.25% – 2,5%. Suku bunga diharapkan akan naik sekali lagi dikahir tahun 2018 ini. Ada harapan untuk langkah pengetatan lebih lanjut ditahun depan dan menyorot pada data gaji di hari Jumat nanti, terutama komponen upahnya. (Lukman Hqeem)