ESANDAR – Virus Corona menyuntikkan kekhawatiran dikalangan investor dimana meningkat setelah China memperpanjang masa liburan Tahun Baru Imlek dan mengambil langkah-langkah lebih drastis untuk menghentikan penyebaran penyakit. Jumlah korban meninggal dilaporkan meningkat lebih dari 80, dan jumlah orang yang terinfeksi mendekati 3.000 kasus, menurut laporan. Di A.S., setidaknya 110 orang diidentifikasi sebagai sedang diselidiki untuk virus, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, sementara beberapa infeksi dilaporkan di negara lain, seperti Perancis dan Jepang.
Kekhawatiran telah tumbuh tentang dampak potensial virus terhadap ekonomi China, yang diperkirakan melambat menjadi sekitar 5,7% pada 2021 dari 6,1% tahun lalu, turun dari pertumbuhan hampir dua digit ketika sindrom pernafasan akut akut, atau SARS, yang memukul perekonomian China pada 2002-03, menurut data dari Dana Moneter Internasional. Virus corona menjadi katalis bagi para investor melakukan aksi ambil untung dalam jangka pendek setelah reli diawal 2019. Namun demikian, investor tetap mencermati laporan keuangan emiten karena lebih banyak bisnis melaporkan hasil kuartal keempat. Ini akan memberikan pedoman seperti apa tahun 2020 nantinya akan diberikan.
Bursa saham A.S. ditutup dengan turun tajam, dimana ketiga indeks membukukan kerugian harian terburuk dalam beberapa bulan, di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang implikasi ekonomi dari meningkatnya jumlah kematian dan meningkatnya infeksi dari virus yang bergerak cepat di Cina. Indek Dow Jones turun 453,93 poin, atau 1,6%, menjadi 28.535,80, setelah menyentuh posisi terendah di 28,440,47, sementara indek S&P 500 turun 51,84 poin, atau 1,6% menjadi 3,243,63 , dimana posisi terendah di 3,234.50. Indek Nasdaq turun 175,60 poin, atau 1,9%, ke 9.139,31, setelah mencapai posisi terendah di 9.088,04. Untuk Dow dan S&P 500, merupakan catatan penurunan harian terburuk sejak 2 Oktober, dan penurunan harian paling tajam untuk Nasdaq sejak 23 Agustus, menurut Dow Jones Market Data. Dow sekarang telah jatuh selama lima hari berturut-turut, mewakili penurunan beruntun terpanjang sejak Agustus. Kekhawatiran tentang penyebaran virus China mendorong saham ke level terendah dalam lebih dari seminggu pada hari Jumat. Pekan lalu, Dow kehilangan 1,2%, sementara S&P 500 mengembalikan 1% dan Nasdaq turun 0,8%.
Sementara sebagian besar pasar Asia ditutup untuk liburan Tahun Baru Imlek, indek Nikkei 225 Jepang ditutup turun 2%, sementara permintaan untuk aset safe haven dirasakan naik sehingga mendorong Yen makin tinggi. Jatuhnya bursa saham Asia dan AS juga berimbas dalam perdagangan di Eropa. Bursa saham Eropa ditutup lebih rendah, dimana indek Stoxx Europe 600 SXXP, -2,26% turun 9,57 poin, atau 2,3%, ditutup pada 414,07, persentase penurunan harian terbesar sejak 17 Januari, menurut Dow Jones Market Data.
Data ekonomi yang dirilis menyebutkan angka penjualan rumah baru di AS turun 0,4% pada bulan Desember dari bulan sebelumnya. Secara tahunan, jumlahnya 694.000. Meski melemah, namun penjualan rumah baru meningkatr diawal tahun 2020. Pasokan yang ada dan permintaan yang naik menjadikan perekonomian AS cukup menjanjikan pada kwartal pertama.
Pada perdagangan obligasi AS tenor 10 tahun, imbal hasilnya jatuh 7,5 basis poin menjadi 1,605%, menempatkan suku bunga obligasi acuan kurang dari 40 basis poin dari titik terendah sepanjang masa 1,32% pada Juni 2016.