ESANDAR – Harga emas dalam perdagangan di hari Senin (13/01/2020) menandai penyelesaian terendah sejak hari perdagangan tahun ini. Investor menemukan sedikit minat terkait asset surgawi karena selera untuk aset berisiko meningkat dan mengangkat ekuitas global. Sementara dolar AS menguat terhadap yen Jepang, dan imbal hasil obligasi naik.
Konflik AS-Iran telah, setidaknya untuk saat ini mereda dan AS dan China pekan ini akan menandatangani perjanjian perdagangan parsial, yang kemungkinan akan merangsang pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2020. Namun, pasar sedang mengawasi protes besar-besaran di Iran menyusul pengakuan dari pemerintah Iran bahwa militernya secara keliru menembak jatuh sebuah pesawat penumpang minggu lalu.
Terhadap latar belakang itu, emas untuk kontrak pengiriman Februari pada bursa Comex turun $ 9,50, atau 0,6%, untuk menetap di $ 1.550,60 per ounce. Itu adalah penyelesaian terendah untuk kontrak paling aktif sejak 2 Januari, data FactSet menunjukkan.
Dolar AS versus yen Jepang dalam perdagangan USDJPY naik 0,4% hingga diperdagangkan pada 109,918 setelah mencapai level tertinggi terhadap mata uang Jepang sejak akhir Mei. Dolar yang lebih kuat sering dipandang sebagai negatif untuk emas dan komoditas lain yang dihargai dalam unit, menjadikannya lebih mahal bagi pengguna mata uang lainnya. Selain itu, yen Jepang juga dipandang sebagai penerima manfaat terbesar dari aliran haven selama pertarungan ketidakpastian geopolitik.
Harga pada pasangan USDJPY naik maka emas bisa menuju ke arah yang berlawanan karena permintaan untuk aset safe-haven turun kembali dengan ketegangan AS-Iran berkurang. USDJPY cenderung memiliki korelasi negatif yang kuat satu sama lain. Para investor emas berharap lebih baik bahwa baik korelasi negatif akan rusak atau terjadi breakout dalam pasangan USD JPY yang ternyata palsu.