ESANDAR – Harga emas berjangka ditutup lebih tinggi pada perdagangan di hari Kamis (14/11/2019), membangun keuntungan dari hari sebelumnya karena pelemahan dalam indeks saham patokan A.S. dan penurunan hasil utang pemerintah meningkatkan daya tarik investasi logam mulia. Harga emas untuk pengiriman Desember di Comex naik $ 10,10, atau 0,7%, menetap di $ 1,473.40 per ounce, sehari setelah menghentikan penurunan beruntun empat hari.
Kenaikan harga emas terjadi di tengah kehati-hatian pasar dan aksi menghindari resiko para investor.. Ketegangan yang terjadi di Hong Kong, memudarnya optimisme atas kesepakatan perdagangan AS-China, dan data ekonomi yang mengecewakan dari China telah mengurangi minat pelaku pasar pada aset beresiko.
Sehari sebelumnya, emas telah memperpanjang kenaikannya, mendaki pada hari Rabu. Emas berusaha membuktikan bahwa mereka merupakan aset yang tidak akan mudah begit saja ditekan dengan penguatan dolar AS. Logam Mulia juga ingin menepis harapan bahwa laju kenaikannya akan terhenti ketika The Federal Reserve memutuskan untuk menahan diri dalam memangkas suku bunga acuan lebih lanjut. Bagi sebagian, sikap The Fed yang demikian ini dianggap sudah hawkish, namun emas tetap yakin bahwa kebijakan dovish mereka masih belum berubah.
Kekhwatiran tersebut mungkin biasa saja, seperti hal permintaan emas yang masih kendor dan politik domestic A.S., namun kabar soal berita Brexit dan pembicaraan tarif dengan China telah menambahkan nafsu makan investor membeli aset surgawi tradisional.
Momentum pasar memanfaatkan koreksi pada imbal hasil obligasi AS dengan kenaikan harga yang lebih tinggi. Situasi ini telah membantu untuk menopang aset rendah dan tanpa bunga seperti emas menemukan pijarnya. DIsisi lain, laju kenaikan pada pasar ekuitas AS tampaknya terhenti saat ini setelah berulang kali mencapai rekor tertinggi baru.
Saat emas berjangka ditutup pada perdagangan hari Kamis, imbal hasil obligasi AS tenor 10-tahun turun 6,1 basis poin menjadi 1,8092%. Hasil jatuh karena harga Treasury naik. Indeks saham AS juga turun disisi lain. Terpeleset setelah mencetak rekor pada hari Rabu.
Sementara itu, dalam sebuah laporan oleh The Wall Street Journal pada hari Rabu dikatakan bahwa perundingan AS-Cina menghantam soal pembelian produk pertanian. Beijing enggan berkomitmen menuliskan angka dalam teks perjanjian. Padahal sebelumnya Presiden AS Donald Trump telah mengklaim Cina setuju untuk membeli $ 50 miliar produk per tahun. Laporan-laporan berita juga menyoroti perselisihan mengenai tarif, dimana Beijing mengatakan bahwa ada tarif yang dibatalkan sebagai bagian dari perjanjian sementara Gedung Putih menolaknya. (Lukman Hqeem)