ESANDAR – Ekspor Jepang, mesin utama pertumbuhan ekonominya, mengalami kontraksi. Tumbuh dengan kecepatan yang jauh lebih lambat daripada yang diantisipasi. Hasil ini semakin menggelapkan prospek ekonomi negara itu dan memicu ekspektasi lahirnya kebijakan stimulus.
Ekspor Jepang turun 8,2% dari pada tahun lalu karena pengiriman mesin pembuat chip ke China dan negara Asia lainnya masih lemah. Demikian bunyi data yang dirilis oleh Departemen Keuangan Jepang pada Rabu (18/09/2019). Angka itu dibandingkan dengan ramalan mengalami kontraksi 2,3% dalam jajak pendapat FactSet dari para ekonom dan menandai bulan kesembilan berturut-turut dari penurunan tahunan.
Jepang mencatat defisit perdagangan 136,3 miliar yen ($ 1,26 miliar) pada Agustus dibandingkan dengan defisit perdagangan Y251 miliar pada bulan sebelumnya.
Ekspor Jepang ke Cina turun 12,1% YoY karena lemahnya permintaan untuk peralatan pembuatan semikonduktor dan suku cadang mobil. Ekspor ke AS turun 4,4% – penurunan pertama dalam 11 bulan – karena permintaan mobil dan suku cadang mobil tergagap.
Hasilnya kemungkinan akan menambah tekanan kepada Bank of Japan untuk melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut karena ketidakpastian atas ekonomi global tumbuh dan sebagai bank sentral utama lainnya baru-baru ini menjadi lebih dovish.
Dewan kebijakan BOJ diperkirakan akan mempertimbangkan kemungkinan pelonggaran opsi pada pertemuan dua hari yang berakhir Kamis, meskipun ekonom mengatakan stabilitas pasar baru-baru ini dapat membantu bank menunda mengambil tindakan minggu ini. (Lukman Hqeem)