ESANDAR – Perekonomian Inggris mengalami kontraksi dalam kwartal kedua tahun ini. Menjelang keluarnya Inggris dari Uni Eropa, BREXIT pada Oktober nanti, kondisi ekonomi Negeri Ratu Elizabeth ini masih dirundung mendung.
Kantor Statistik Nasional mengatakan pada hari Jumat (09/08/2019) bahwa produk domestik bruto (PDB) Inggris tumbuh sebesar 0.2%. Hasil ini lebih kecil dari pada kuartal sebelumnya. Catatan ini setara dengan penurunan secara tahunan 0.8%, sebagai rekor penurunan tajam dari kenaikan 2% yang terlihat dalam tiga bulan pertama tahun ini.
Penurunan pertama dalam produksi ekonomi Inggris terlihat sejak akhir 2012 mengikuti tanda-tanda pelemahan dalam ekonomi global, dimana pertumbuhan ekonomi di AS, Cina, zona euro dan Jepang melemah selama kuartal kedua.
Ekonomi Inggris melambat pada tahun 2018 karena bisnis menahan investasi di tengah meningkatnya ketidakpastian tentang cara meninggalkan Uni Eropa.
Pertumbuhan menerima apa yang telah terbukti sebagai dorongan sementara dalam tiga bulan pertama tahun ini ketika bisnis membangun stok produk yang pasokannya mungkin terganggu oleh Brexit, yang kemudian dijadwalkan berlangsung pada 29 Maret.
Tetapi dengan Brexit ditunda hingga 31 Oktober di awal, bisnis menarik pada saham mereka pada kuartal kedua daripada menempatkan pesanan baru, yang mengarah ke penurunan terbesar dalam output manufaktur sejak kedalaman krisis keuangan global pada awal 2009, dan tajamnya penurunan impor. (Lukman Hqeem)