ESANDAR, Jakarta – Inggris membukukan defisit anggaran yang lebih besar dari perkiraan pada bulan lalu. Hal ini disebabkan karena pengeluaran pemerintah mengalami kenaikan. Hasil yang demikian ini akan menjadi beban bagi menteri keuangan berikutnya. Sayangnya, dia mungkin hanya akan memiliki opsi terbatas untuk meredam setiap pukulan dari Brexit terhadap perekonomian Inggris.
Kantor Statistik Nasional Inggris menyampaikan bahwa defisit anggaran melebar menjadi 5.115 miliar poundsterling, demikian dikatakan pada hari Jumat (21/06/2019). Kenaikan defisit sebesar 23% pada Mei 2018 di atas perkiraan para ekonom dalam jajak pendapat Reuters. Bahkan hasil ini sekaligus melebarkan kembali setelah dua bulan pertama di tahun keuangan 2019/20 ini, defisitnya 18% lebih besar dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar kurang dari 12 miliar poundsterling.
Para ekonom sebelumnya telah memperkirakan akan terjadinya peningkatan pinjaman pemerintah Inggris untuk tahun ini. Angkanya mungkin menurun dan cenderung stabil dalam ukuran defisit dari sekitar 10% dari produksi ekonomi di 2010 menjadi hanya di atas 1% tahun lalu. Sementara pengeluaran pemerintah di bulan Mei naik 2.6% dibandingkan dengan tahun lalu, sebagian besar didorong oleh pembelian barang dan jasa.
Kenaikan pengeluaran ini tidak diimbangi dengan kenaikan penerimaan. Pertumbuhan penerimaan pajak sebagian besar tetap solid, namun pendapatan pajak dari perusahaan turun 0.8%. Ini merupakan penurunan tahunan pertama untuk bulan Mei sejak 2013.
Menteri Keuangan Inggris, Phillip Hammond dalam minggu ini telah meningkatkan peringatannya kepada siapa pun yang menjadi perdana menteri Inggris berikutnya. Dikatakan olehnya bahwa Brexit tanpa kesepakatan dengan Uni Eropa akan menghapuskan uang yang telah ia sisihkan untuk potensi peningkatan pengeluaran publik atau pemotongan pajak, yang akan mewakili akhir dari kebijakan penghematan banyak dekade terakhir.
Sejauh ini, dua kandidat pengganti Perdana Menteri Theresa May adalah mantan menteri luar negeri Boris Johnson dan penggantinya Jeremy Hunt. Keduanya telah siap untuk membawa Inggris keluar dari Uni Eropa, jika perlu tanpa kesepakatan sekalipun. (Lukman Hqeem)