ESANDAR, Jakarta – Bursa saham AS berakhir lebih tinggi pada perdagangan di hari Selasa (23/04), dimana laporan pendapatan emiten yang positif mampu mendorong bursa S&P 500 dan Nasdaq ke rekor penutupan tertinggi.
S&P 500 naik 0,88% ditutup pada 2.933. Pada tengah hari bursa ini mampu bergerak melewati rekor penutupan tertinggi pada 2.930,75 yang ditetapkan pada 20 September 2018.
Nasdaq naik 1,32% menjadi 8.120, mengalahkan sebelumnya tertinggi sebelumnya sepanjang masa dari 8.109,69 yang ditetapkan pada 29 Agustus 2018.
Sementara Dow Jones, didukung oleh hasil yang kuat dari laporan keuangan saham kelas berat Coca-Cola dan United Technologies yang nyaris mencetak rekor sendiri sebelum berakhir dengan 145 poin, atau 0,55% menjadi 26.656.
Sebagaimana yang diantisipasi, Coca-Cola mampu membukukan laba kuartal pertama yang lebih kuat dari perkiraan karena pertumbuhan penjualan organik dan margin operasi menunjukkan peningkatan yang solid dari tahun lalu. Sahamnya naik 1,7% menjadi $ 48,21.
Saham United Technologies naik 2,3% menjadi $ 140 setelah perusahaan itu membukukan pendapatan dan penjualan kuartal pertama yang melampaui perkiraan analis dan mengangkat proyeksi laba untuk tahun 2019 ini.
Emiten lain yang juga menjadi perhatian pasar adalah Lockheed Martin naik setelah perusahaan dirgantara itu mengalahkan ekspektasi pendapatan kuartal pertama Wall Street dan menaikkan prospek setahun penuh. Saham naik 5,6% menjadi $ 332,88.
Saham Twitter melonjak 15,6% menjadi $ 39,76 setelah situs web mikro-blog memposting pendapatan kuartal pertama yang lebih baik dari perkiraan,
Sayangnya, Saham Verizon Communications menurun meskipun membukukan laba kuartal pertama yang lebih baik dari perkiraan. Saham turun 2,1% menjadi $ 57,15.
Banyak perusahaan telah melaporkan pendapatannya, sejauh ini telah melampui harapan. Karena itu, masa lalu tidak selalu prolog. Pasar masih berharap masa-masa indah ini akan masih bergulir.
Sementara dalam perdagangan komoditi, harga minyak mentah naik untuk hari ketiga berturut-turut menyusul keputusan Departemen Luar Negeri AS untuk menghapus keringanan atas pembelian minyak mentah Iran, yang dikeluarkan November lalu untuk delapan negara yang berbeda – termasuk Cina, India dan Jepang – yang akan berakhir pada 2 Mei.
Harga Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), sebagai minyak patokan AS, naik 1,14% menjadi $ 66,30 per barel. Minyak mentah Brent naik 0,59% menjadi $ 74,48.
Tentunya jika China tidak dapat mengimpor minyak dari Iran, ia harus mengimpor dari tempat lain, dalam hal ini AS tentu menginginkan hal itu. Tak heran bila pasokan minyak mentah AS kemudian mulai digenjot lagi.
Disisi lain, AS juga tengah siap menyambut musim panas, masa dimana konsumsi bahan bakar akan naik karena banyaknya masyarakat yang bepergian. Kedua faktor ini secara nyata akan menjadi pendorong kenaikan harga minyak mentah selanjutnya.
Pun demikian, potensi kenaikan harga minyak mentah ini telah diredam sejauh ini. Saham-saham dari sektor energi hanya menepati kecil dari bursa saham sekarang dan lebih penting bagi pasar adalah pendapatan yang tinggi. Tidak ada harapan yang luas bahwa harga minyak akan bertahan tinggi untuk waktu lama.
Data ekonomi terkini menyebutkan bahwa Departemen Perdagangan AS melaporkan angka penjualan rumah baru meningkat 4,5% ke tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman 692.000 unit bulan lalu, level tertinggi sejak November 2017. (Lukman Hqeem)