ESANDAR, Jakarta – Harga Emas masih lanjutkan penurunannya dalam perdagangan hari Selasa (05/03). Ini merupakan penurunan terpanjang dalam dua tahun ini, terjadi selama tujuh sesi perdagangan yang beruntun. Menguatnya Dolar AS menjadi kunci mundurnya harga emas dari posisi tertinginya beberapa waktu lalu. Disisi lain, perkiraan pertumbuhan ekonomi China yang lemah semakin menumpulkan harapan akan permintaan untuk logam mulia.
China sebagai negara konsumen emas nomor wahid dunia memiliki peran nyata dalam mempengaruhi harga di pasar. Beijing dalam pernyataan terkini menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi mereka akan lebih lemah di tahun ini, pada kisaran 6-6,5%. Ini lebih rendah dari capaian tahun lalu sebesar 6,6%. Tentu saja dengan pelemahan ini akan berimbas pada permintaan emas yang berasal dari negeri tersebut.
Pun demikian, penurunan harga saat ini masih diyakini hanya bersifat sementara. Koreksi secara teknis dan bukan sebuah pembalikan tren menjadi pasar yang bearish. Untuk meyakinkannya, perlu konfirmasi setidaknya hingga akhir pekan ini, dimana pasar akan menilai sejauh mana guncangan akan terjadi ketika AS mengumumkan data Nonfarm Payrollnya.
Pelaku pasar melakukan aksi ambil untung dengan memanfaatkan penguatan Dolar AS. Risk On yang dilakukan investor dengan mengalihkan perhatian ke pasar saham, ikut membebani gerak naik harga emas. Secara teknis, kondisi memang dalam posisi jenuh. Tak heran jika saat ini pelaku pasar yang sudah melepas posisinya, akan menunggu setidaknya pasar akan kembali mengalami kejenuhan juga. Dalam fase yang demikian ini, aksi beli kembali akan marak terjadi dan harga bisa berbalik naik kembali.
Kabar mengenai masa depan perundingan perdagangan AS – China, juga perlu dicermati. Ada indikasi bahwa permintaan emas Cina bisa membaik karena tekanan perang dagang berkurang. Begitu juga dengan perkembangan Brexit dan munculnya kekhawatiran tentang lesunya ekonomi global akan menjadi sentiment positif harga emas dalam jangka panjang.
Harga emas telah menyentuh posisi terendah seiring penguatan dolar AS setelah data penjualan rumah baru di AS dan indeks non-manufaktur ISM memberikan hasil yang tidak mengecewakan. Penjualan rumah baru berada pada angka 621.000 dibulan Desember, naik dari 599.000. Survei layanan ISM melonjak menjadi 59,7% pada Februari dari 56,7%. Sementara Indek Jasa PMI A.S. sebesar 56 pada bulan Februari dibandingkan 56.2 pada bulan sebelumnya.
Dengan latar belakang tersebut, indek Dolar AS naik 0,2% ke posisi 96,839. Kenaikan ini membuat harga emas untuk kontrak pengiriman bulan April turun $ 2,80, atau 0,2%, ke $ 1,284.70 per troy ons. Harga dalam tercatat dalam posisi terendah sejak 24 Januari. Kerugian emas menandai tujuh penurunan berturut-turut, penurunan terpanjang sejak penurunan sembilan sesi yang berakhir 10 Maret 2017.
Pada perdagangan minggu lalu, harga emas batangan turun di bawah harga psikologis $ 1.300 dengan turun sekitar 2,5% sepanjang pekan tersebut. Ini merupakan penurunan mingguan paling tajam sejak Agustus. Sentimen risk-on yang luas, yang mendorong saham-saham AS dan global, serta kekuatan dalam dolar AS, bekerja untuk mengurangi permintaan logam mulia sebagai tempat berlindung untuk memulai minggu ini.
Namun, beberapa kelemahan di pasar saham kemungkinan besar akan membatasi kerugian pada Emas. Indeks saham AS diperdagangkan sebagian besar lebih rendah pada Selasa karena investor terus mengawasi perkembangan seputar perundingan perdagangan AS-Cina dan ekonomi domestik China. (Lukman Hqeem)