ESANDAR, Jakarta – Dolar AS bervariasi terhadap mata uang utama lainnya pada hari perdagangan di hari Rabu (27/02), sementara yen menguat karena ketegangan geopolitik dan Poundsterling Inggris terdorong lebih tinggi atas harapan investor agar Brexit bisa tertunda.
Dalam perdagangan USDJPY turun 0,12% menjadi 110,43 setelah menyentuh posisi terendah satu setengah minggu dari 110,36 semalam. Aksi beli Yen sebagai safe haven terjadi didorong karena ketegangan antara India dan Pakistan yang meningkat setelah Pakistan mengatakan telah menembak jatuh dua pesawat India di perbatasannya.
Sementara dalam perdagangan Poundsterling, GBPUSD naik ke posisi didekat level tertinggi dalam masa lima bulan. GBPUSD naik 0,18% ke 1,3273. Sebelumnya, penguatan Poundsterling didukung oleh rencana PM. Theresa May yang akan menawarkan anggota parlemen kesempatan untuk memilih menunda Brexit, sehingga membuka kemungkinan untuk menghindari Brexit yang tanpa kesepakatan dengan Uni Eropa.
Dalam perdagangan menyilang, Mata uang Inggris diperdagangkan mendekati tertinggi posisi tertinggi dalam 21-bulan terhadap euro, dimana EURGBP turun 0,24% ke 0,8576. Euro sendiri terhadap Dolar AS juga menyentuh posisi lebih tinggi, dimana perdagangan pasangan mata uang EURUSD di 1,1391.
Indek dolar AS di sedikit naik ke 95,843 setelah merosot 0,42% pada hari Selasa, ketika mencapai posisi 95,81, yang tercatat sebagai posisi terendah sejak 6 Februari. Penurunan greenback terjadi setelah Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell menegaskan kembali bahwa bank sentral akan tetap sabar pada kebijakan moneter, disisi lain juga terhantam oleh Poundsterling yang menguat.
Powell mengatakan pada hari Selasa bahwa meningkatnya risiko dan data ekonomi AS yang melunak baru-baru ini tidak mungkin tidak akan mencegah pertumbuhan yang solid bagi ekonomi AS tahun ini. Oleh sebab itu, The Fed akan memilih untuk tetap bersabar dalam mengambil keputusannya mengenai kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Jatuhnya dolar sedikit membingungkan karena komentar Powell sebenarnya tidak menawarkan hal baru. Hanya mempertegas dari apa yang menjadi risalah pertemuan FOMC bulan Januari. Tetapi pasar berada dalam kondisi di mana dolar sensitif terhadap faktor-faktor yang berpotensi mendorong penurunannya. Disisi lain, tekanan Poundsterling ikut membebani Greenbacks. (Lukman Hqeem)