ESANDAR, Jakarta – Kondisi ekonomi AS dewasa ini memiliki pasar tenaga kerja yang solid, dimana laju inflasi mendekati angka 2%, sesuai dengan target The Federal Reserve. Dengan latar belakang itu, Bank Sentral AS cenderung bersikap defensive, memilih untuk mempertahankan kebijakan moneter saat ini.
Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Deputi Gubernur Bank Sentral AS, Richard Clarida bahwa laju ekonomi AS saat ini mengacu kepada solidnya pasar tenaga kerja, sehingga dengan laju inflasi yang mendekati target 2% dari The Fed, serta ditambah dengan meredanya dukungan terhadap kenaikan suku bunga, maka kebijakan moneter bank sentral nampaknya masih akan tetap dipertahankan untuk saat ini.
Pada sebuah kesempatan di salah satu Kantor Bank Sentral AS di kota Dallas pada Senin malam waktu setempat, Clarida kembali menegaskan sikap “bersabar” The Fed dalam mempertimbangkan data ekonomi guna memutuskan ketetapan kebijakan suku bunga dari bank sentral, sembari menambahkan bahwa ekonomi AS saat ini berada dalam kondisi yang baik serta berada di tengah situasi fundamental yang baik, sehingga memudahkan para pejabat pengambil kebijakan untuk memberikan dukungan serta menjaga stabilitas laju ekonomi AS.
Setidaknya hal ini akan memberikan sedikit gambaran bagi pasar untuk melihat secara detil mengenai apa yang akan disampaikan oleh Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell di depan anggota Kongres, yang nampaknya akan memberikan cerminan ekonomi AS yang dalam kondisi baik, di tengah kebijakan moneter yang cenderung dovish.
Seperti diketahui sebelumnya bahwa The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak empat kali di tahun 2018 lalu, namun pada awal tahun ini menyatakan bahwa mereka akan bersikap sabar dalam memutuskan waktu pengetatan kebijakan mereka kembali, jika memang hal tersebut diperlukan untuk mendukung ekonomi AS. Sikap The Fed ini dinilai oleh investor sebagai indikasi telah berakhirnya dukungan bagi kebijakan kenaikan suku bunga dalam tiga tahun.
Terkait kondisi lingkungan global, Clarida memberikan gambaran adanya sejumlah risiko terhadap ekonomi AS, termasuk perlambatan pertumbuhan di kawasan Asia dan Eropa, serta ketidakpastian kesepakatan Brexit, yang tentunya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kebijakan The Fed.
Saat ditanya mengenai neraca The Fed sebesar $4 triliun, Clarida mengatakan bahwa permintaan dari sektor perbankan untuk tingkat cadangan dan permintaan mata uang dari pasar global, mengindikasikan bahwa The Fed akan membutuhkan neraca yang lebih besar dibandingkan saat sebelum krisis, namun demikian The Fed tidak memutuskan untuk berapa besaran neraca tersebut pada akhirnya.
Dalam hal ini disampaikan pula bahwa para pembuat kebijakan The Fed telah memberikan gambaran bahwa kemungkinan mereka akan berhenti untuk melakukan penyusutan neraca sebelum akhir tahun ini. (Lukman Hqeem)