ESANDAR, Jakarta – Risk Appetite yang melanda investor menjadi sentiment negatif bagi harga emas. Pada perdagangan awal minggu ini, harga emas ditutup lebih rendah di hari Senin (25/02), tertekan karena reli luas pada saham global di belakang kemajuan dalam negosiasi perdagangan AS-China yang menarik minat investor menjauh dari logam mulia.
Momentum ini juga sudah terendus oleh sebagian investor. Beberapa hari transaksi, harga emas sedikit limbung oleh aksi ambil bersama dengan kenaikan selera investor terhadap aset yang lebih beresiko seperti saham.
Sinyal menguat setelah perundingan perdagangan AS-Cina menemui titik temu yang menjanjikan yang membawa pada penundaan Trump untuk memberlakukan kenaikan tariff impor China oleh AS per 1 Maret ini. Harapan mengemuka karena investor mempertimbangkan China sebagai konsumen emas termasuk emas fisik besar dunia.
Presiden Donald Trump Ahad mengisyaratkan bahwa ia akan cenderung untuk memperpanjang batas waktu Maret untuk menaikkan tarif, mengutip “kemajuan substansial” dalam pembicaraan antara Beijing dan Washington, yang dimaksudkan untuk menyelesaikan perbedaan perdagangan lama antara ekonomi terbesar di dunia.
Untuk kontrak emas bulan April di bursa Comex, harga berakhir dengan turun $ 3,30, atau 0,3%, ke $ 1,329.50 per troy ons. Pada hari Jumat, harga emas membukukan kenaikan mingguan 0,8%.
Pun demikian, harapan untuk kenaikan harga emas lebih lanjut tidaklah pupus. Berpijak pada hasil perdagangan sebelumnya, dimana emas mampu bertahan pada akhir pekan lalu, dalam menghadapi ‘euforia’ menuju kesepakatan perdagangan, adalah tanda bahwa ia dapat mengalihkan fokusnya dari pasang surut dan arus dolar dan menuju permintaan fisik klasik, ”analis di Zaner Precious Metals menulis dalam catatan harian.
Sebagai tambahan, dalam transaksi perdagangan di bursa, memicu aksi beli di seluruh bursa dunia. Indek Shanghai bahkan ditutup naik 5,6%, mewakili kenaikan harian terbaik indeks itu dalam tiga tahun. Sementara itu, Indek Dow Jones dan indek S&P 500 juga bergerak lebih tinggi.
Emas, dipandang sebagai aset surgawi, yang cenderung menurun ketika indek saham naik. Penurunan logam mulia pada perdagangan hari Senin agak diimbangi oleh fakta bahwa China adalah salah satu pembeli komoditas terbesar di dunia, termasuk emas, dan kemajuan pembicaraan tarif dapat dipandang sebagai mendukung kompleks sumber daya alam.
Dolar juga diperdagangkan sedikit berubah, dimana Indek Dolar AS hampir datar di 96,495. Kerugian sebelumnya untuk indeks telah menawarkan beberapa dukungan untuk emas dalam mata uang dolar.
Pasar masih menggaris bawahi rencana Federal Reserve yang akan menaikkan suku bunga pada tahun 2019. Sejuah ini memang belum ada indikasi suku bunga tidak dinaikkan pada tahun ini. Namun jika Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell mengatakan sesuatu yang lebih hawkish saat bersaksi di Kongres, dolar tentu dapat menemukan kakinya untuk memukul emas kembali. Powell dijadwalkan akan berbicara di Kongres mulai Selasa waktu setempat. (Lukman Hqeem)