ESANDAR, Jakarta – Perdagangan Senin (18/02) diperkirakan tidak akan semeriah hari lainnya. Pasalnya bursa AS tutup karena libur hari Presiden. Ada sejumlah poin penting yang perlu menjadi perhatian pasar. Pergerakan turun Yen dan Dolar AS, disaat harga komoditas seperti Emas dan Minyak naik oleh melemahnya Dolar AS dan perkembangan perundingan AS – China dalam sengketa tariff.
Perdagangan hari ini juga akan terkesan lebih sepi, minim data ekonomi yang akan dirilis dan liburnya pasar AS karena libur hari Presiden. Disisi lain, pasar akan tetap mewaspadai kemungkinan perkembangan kebijakan tariff AS, yang dapat memicu kenaikan suhu perang dagang. Tidak menutup kemungkinan sekutu AS sekalipun, seperti Eropa dan Jepang akan dibidiknya.
Jepang dan Dolar AS yang anti-risiko diperdagangkan lebih rendah sementara Dolar Australia dan Selandia Baru berpotensi naik dengan diarahkan oleh kenaikan saham-saham ketika bursa Asia Pasifik mengambil alih pimpinan Wall Street. Saham regional naik rata-rata lebih dari 1 persen di tengah laporan kemajuan dalam pembicaraan perdagangan AS-Cina.
Sementara Beijing mengklaim bahwa pada prinsipnya telah mencapai kesepakatan dengan Washington DC tentang bagaimana melanjutkan penyelesaian perbedaan utama. Presiden AS Donald Trump menggemakan suasana optimis, mengatakan pembicaraan telah “sangat produktif”.
Dorongan lainnya dapat berasal dari berbagai sumber, bagaimana kelanjutan dari Cina atau terobosan panjang dalam pembicaraan Brexit yang mungkin akan mendukung sejumlah sentimen. Ketakutan akan meningkatnya suhu perang perdagangan dapat mengirimkan sinyal yang berlawanan meski setelah Presiden Trump menerima laporan tentang apakah mobil yang diimpor juga menimbulkan ancaman keamanan nasional.
Gedung Putih telah menggunakan proses serupa untuk mengatur panggung untuk menaikkan tarif aluminium dan baja. Sekretaris Perdagangan Wilbur Ross, yang dikenal sangat vocal dalam masalah perang tariff ini, kini telah mengeluarkan pendapat resmi tentang masalah ini. Belum jelas apa artinya ini. Disisi lain, sekutu AS sekalipun, seperti Eropa dan Jepang juga dapat menjadi target hukuman baru ini.