krisis Venezuela mengimbas harga minyak mentah di bursa

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Harga minyak mentah AS naik dalam perdagangan di hari Jumat (25/01). Tercatat sebagai kenaikan kedua berturut-turut. Kenaikan didukung oleh kekhawatiran investor terkait krisis di Venezuela. Meski demikian, kenaikan pasokan minyak mentah AS dalam sepekan terakhir ini mampu menjaga harga minyak mentah AS masih berada dalam kisaran rendah.

Harga minyak mentah WTI untuk pengiriman kontrak bulan Maret naik 56 sen, atau 1,1%, menetap di $ 53,69 per barel di NYMEX. Sepanjang sepekan, harga minyak turun 0,7%. Sementara minyak mentah Brent naik 55 sen, atau 0,9%, menjadi $ 61,64 di ICE Futures Europe. Dalam kinerja mingguan harga masih dalam kerugian dalam catatan sepekan, sebesar 1,7%.

Perkembangan di Venezuela sangat penting bagi pasar minyak mengingat negara tersebut akan memegang jabatan sebagai presiden OPEC. Semua mata tertuju pada langkah-langkah pemimpin oposisi Juan Guiado selanjutnya. Disaat para petinggi militer memulihkan kembali kesetiaannya pada Presiden Nicolás Maduro. Dukungan ini memberikan keseimbangan kekuatan dari kubu Maduro dan Guiado.

Maduro telah memanggil pulang semua diplomat Venezuela dari AS dan menutup kedutaannya, sehari setelah memerintahkan semua diplomat AS keluar dari negara itu pada akhir pekan. Pemerintahan Trump mengatakan perintah Maduro tidak sah karena AS tidak lagi mengenalinya sebagai pemimpin sah Venezuela.

AS mengancam akan menjatuhkan sanksi pada industri minyak Venezuela yang dapat lebih lanjut menghambat ekspor negara tersebut. AS mengimpor sekitar 17,7 juta barel minyak mentah dan produk minyak bumi dari Venezuela pada Oktober 2018, menurut Lembaga Informasi Energi.

Hal ini tentu mempersulit posisi OPEC dan sekutunya saat mereka tengah berusaha menyeimbangkan pasokan dan permintaan minyak mentah global. Belajar dari sanksi AS yang sudah dijatuhkan kepada Iran, sanksi lebih lanjut kepada Venezuela bisa mendorong harga minyak melonjak sangat cepat.

Sementara itu, Lembaga Informasi Energi melaporkan pada hari Kamis bahwa pasokan minyak mentah AS naik 8 juta barel untuk pekan yang berakhir 18 Januari, tertinggi dua bulan. Itu bertentangan dengan ekspektasi untuk penurunan 600.000 barel yang diperkirakan oleh para analis yang disurvei oleh S&P Global Platts. Stok minyak mentah AS sekarang sekitar 8% di atas level tahun lalu dan 2,8% di atas norma lima tahun.


Data dari Baker Hughes pada hari Jumat menunjukkan bahwa jumlah pengeboran rig AS yang aktif naik 10 menjadi 862 buah selama minggu ini. Setelah minggu lalu turun sebanyak 21 dalam rig. Ini mengindikasikan potensi kenaikan produksi minyak mentah AS sebagai antisipasi musim semi.

Laporan prospek energi tahunan EIA yang dirilis Kamis mengatakan produksi minyak mentah AS diperkirakan akan terus mencatat rekor tahunan hingga pertengahan 2020-an dan akan tetap lebih besar dari 14,0 juta barel per hari hingga 2040. Laporan itu juga mengatakan bahwa AS akan menjadi energi bersih eksportir pada 2020 karena produksi minyak mentah AS meningkat dan konsumsi produk minyak bumi dalam negeri menurun.

Dengan potensi kenaikan pasokan tersebut, dapat mempengaruhi upaya OPEC dan sekutunya dalam menyeimbangkan kembali pasar minyak, yang dapat menguji tekad kenaikan harga minyak WTI dari tahun ke tahun. Dari tahun ke tahun, minyak WTI telah naik sekitar 17%. OPEC dan sekutu-sekutunya telah sepakat pada akhir 2018 untuk secara kolektif menahan produksi minyak mentah sebesar 1,2 juta barel per hari selama paruh pertama 2019 untuk membatasi kelebihan pasokan dan meningkatkan harga. (Lukman Hqeem)