ESANDAR, Jakarta – Harga Minyak mentah berjangka ditutup melemah tajam pada awal perdagangan minggu ini, Senin (24/12). Jatuhnya harga di tengah kekhawatiran atas produksi minyak mentah global yang berlimpah dan kekhawatiran perlambatan ekonomi internasional yang dapat mengikis permintaan.
Untuk kontrak pengiriman bulan Februari, minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) turun $ 3,06, atau 6,7%, menjadi $ 42,53 per barel di New York Mercantile Exchange. Pada kinerja mingguan membukukan kerugian 11,4% pada minggu lalu. Harga penutupan ini sekaligus merupakan posisi terendah untuk kontrak bulan depan sejak 21 Juli 2017. Sementara itu, minyak mentah Brent untuk kontrak bulan Februari, turun $ 3,35, atau 6,2%, berakhir pada $ 50,47 per barel, setelah penurunan mingguan 10,7% untuk kontrak minyak.
Kedua jenis minyak mentah ini berada dalam pasar dengan tren harga turun. Minyak WTI telah turun 40,5% dari harga puncaknya pada 3 Oktober, sementara Brent turun sekitar 38% dari harga tertinggi dibulan Oktober baru-baru ini.
Perlambatan ekonomi global terindikasi dengan pengecualian A.S.. Hal ini telah menghasilkan proyeksi penurunan harga di sejumlah pasar saham, mengurangi minat terhadap aset yang dianggap berisiko, seperti minyak. Bagaimanapun juga berkurangnya pertumbuhan global dapat menyebabkan melemahnya permintaan energi.
Bursa saham AS menandai penurunan harian terburuk pada hari perdagangan sebelum liburan Natal dalam sejarah, dimana Indek Dow Jones dan S&P 500 mencatat kerugian hampir 3% pada hari itu. Aksi risk-off di pasar meluas sehingga minyak mentah hanya tersapu dalam sentimen itu.
Sejauh ini, upaya oleh Arab Saudi, sebagai pemimpin de facto Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang tengah berusaha membatasi produksi mulai awal tahun depan sebesar 322.000 barel per hari, dianggap lebih tinggi dari potongan 250.000 barel per hari yang telah diumumkan sebelumnya. Pemangkasan produksi ini akan dilakukan selama enam bulan dimulai pada Januari nanti, demikian menurut Wall Street Journal.
Pun demikian, kabar ini dianggap belum cukup memadamkan kekhawatiran pasar. Pasalnya, pertumbuhan berkelanjutan dalam produksi minyak mentah AS, terutama minyak serpih dianggap masih tinggi. Hal ini berkontribusi terhadap naiknya kekhawatiran tentang kelebihan pasokan dunia.
Memang cukup luar biasa dalam menghadapi pengurangan kelebihan produksi, pasar minyak telah mencapai posisi terendah baru. Pengurangan produksi setidaknya bisa mengembalikan keseimbangan pasokan pada paruh pertama 2019. Ditengah kekhawatiran pertumbuhan global dan produksi minyak serpih, yang terus membuat rekor tertinggi baru. Hal ini membuat para investor masih sangat prihatin.
Setidaknya, harga minyak mentah masih akan dikisaran $ 44 – $ 42.(Lukman Hqeem)