Arab Saudi

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Muncul kekhawatiran Amerika Serikat dan Barat, bahwa Arab Saudi akan melakukan embargo minyak jika negara tersebut dikucilkan akibat kasus pembunuhan jurnalis Jamal Kashoggi di Turki.


Dunia mengingat, bagaimana Arab Saudi menggunakan minyak sebagai senjata mereka saat melakukan embargo perdagangan dengan sejumlah negara Barat yang mendukung serangan Israel ke Palestina pada 1973. Akibatnya, harga minyak dunia meroket 4 kali lipat dan AS sangat kesulitan pasokan.


Kekhawatiran embargo itu datang dari kabar adanya dorongan pengambil kebijakan AS untuk memberi sanksi ekonomi kepada Arab atas kasus Kashoggi. Lalu, Arab dikabarkan akan membalas sanksi tersebut dengan aksi yang berdampak lebih signifikan. Tetapi tenang, sampai saat ini belum ada niat Arab menjadikan minyak sebagai senjata mereka.


Hal itu ditegaskan Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih kepada media Rusia TASS news agency seperti dilansir dari CNBC Internasional, Senin (22/10/2018). Meski kini Arab bisa disebut tengah berada dalam tekanan internasional akibat kasus dugaan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi, al Falih menjamin negaranya tak akan jadikan minyak sebagai senjata politik seperti yang terjadi pada 1973.

“Peristiwa ini pasti akan berlalu. Tapi Arab Saudi adalah negara yang sangat bertanggung jawab, selama beberapa dekade kami menggunakan kebijakan minyak kami sebagai alat ekonomi yang bertanggung jawab dan menjauhkannya dari politik,” kata al-Falih.

Ia juga memperingatkan jika harga minyak naik, kemungkinan besar akan memicu resesi global. Tetapi ditambahkan dengan prospek sanksi AS terhadap Iran mulai berlaku awal bulan depan, tidak ada jaminan harga minyak tetap di bawah tiga digit.

“Saya tidak dapat memberikan jaminan, karena saya tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi pada pemasok lain,” kata al-Falih, ketika ditanya apakah dunia dapat menghindari minyak mentah berjangka melompat di atas US $ 100 per barel lagi.

Pada Jumat lalu, kerajaan Arab untuk pertama kalinya mengakui Khashoggi, seorang kritikus terkemuka dari para pemimpin Saudi dan mantan wartawan Washington Post, telah terbunuh. Pernyataan itu muncul setelah awalnya Arab mengumumkan Khashoggi telah meninggalkan gedung itu tanpa luka pada 2 Oktober.

Otoritas Turki mengklaim Khashoggi dibunuh oleh tim agen Saudi di dalam konsulat dan mengatakan mereka memiliki bukti untuk membuktikannya. Pangeran Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman, membantah terlibat dalam kasus tersebut.