Dolar AS Melemah, Yen Siap Ungguli Lagi

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Dalam perdagangan diawal minggu ini, dolar AS masih bergerak ringan cenderung melemah kembali pasca pernyataan Jerome Powell di akhir pekan lalu.

Di perdagangan sebelumnya, indeks dolar AS diperdagangkan masih kurang berhasil membaik dengan pemicu setelah beberapa pelaku pasar melihat aksi yang cukup besar terhadap dolar AS berangsur-angsur menghadapi tekanannya.

Pada penutupan perdagangan minggu lalu, Indek Dolar AS turun melemah 0,6% terhadap beberapa mata uang utama dunia. Pada perdagangan mata uang, EURUSD ditutup menguat di level 1,1621, GBPUSD ditutup menguat di level 1,2847, AUDUSD ditutup menguat di level 0,7325 dan USDJPY ditutup melemah di level 111,23. Diawal minggu ini, EURUSD bergerak di level 1,1636, GBPUSD bergerak di level 1,2854, AUDUSD di level 0,7335 dan yen di level 111,29.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump ingin agar the Fed lebih sulit dalam mengeluarkan kebijakan moneternya khususnya ketika menaikkan suku bunga.  Menurut Trump, negara lain justru lebih memanfaatkan penguatan Dolar AS tersebut sehingga neraca perdagangan AS goyah. Pernyataan ini mendapat sambutan Jerome Powell yang mulai berhati-hati saat berbicara terkait kebijakan moneter. Hal ini sebagai upaya agar dolar AS tidak serta merta langsung menguat oleh intervensi verbal.

Komentar Trump dan Powell tersebut telah membuat greenbacks melemah tajam. Namun hasil risalah The Fed menyimpulkan keinginan the Fed yang bertentangan dengan keinginan Trump. Alhasil pasar bereaksi mendukung the Fed sehingga greenback bisa melemah lagi dalam upayanya bulan depan yang akan menaikkan suku bunganya.

Sebelumnya semua mata uang dunia terimbas runtuhnya Lira, namun dengan adanya aksi likuiditas dunia, akhirnya pasar uang dunia kembali tenang dan dolar AS mulai tertekan. Berbarengan dengan pertemuan AS dengan China yang sangat diharapkan terjadinya sebuah kesepakatan baru sehingga perang dagang bisa diakhiri. Faktor kegagalan perundingan perdagangan antara AS dengan China kemungkinan besar mendukung upaya greenback untuk tidak tertetekan lebih besar lagi di awal pekan ini. (Lukman Hqeem)