ESANDAR, Jakarta – Setelah awal minggu yang tenang hingga hari Kamis, harga mata uang kripto termasuk Bitcoin berada di bawah tekanan jual.
Para pelaku pasar berspekulasi tentang blok-blok besar Kripto yang diturunkan, hal ini menjadi pendorong utama jatuhnya nilai Bitcoin. Bitcoin, mata uang digital No.1 di dunia, telah diperdagangkan dalam kisaran $ 200 secara ketat pada perdagangan hari Kamis (10/05) sebelum menyerah dengan turun $ 220, atau sebesar 2,3% hanya dalam 20 menit.
Harga satu bitcoin BTCUSD diperdagangkan terakhir pada $ 9,137.30, turun 1,3% sejak level hari Rabu. Meskipun menurun bitcoin tetap di atas $ 9.000. Posisi ini dilihat teknisi pasar sebagai titik dukungan, dimana para pembeli cenderung melakukan penambahan posisi karena mendekati garis simpangan.
Pasar yang tenang ditengag potensi penguatan, dimana para pelaku pasar sedang melakukan akumulasi pembelian. Tekanan jual akan membuat pelaku pasar berhati-hati. Pernyataan Warren Buffet beberapa waktu lalu nampaknya berdampak pada pergerakan pasar saat ini.
Penurunan yang besar menjelang penutupan perdagangan disinyalir terjadi karena aksi jual dari akun besar. Sebuah situs web mengklaim transaksi jual tersebut dari sebuah dompet elektronik yang melepas Bitcoin secara besar-besaran. Setidaknya 8 ribu BTC dialihkan ke cold storage; merupakan tanda bahwa transaksi sedang menunggu keputusan.
Level support harga BTCUSD masih diantara $ 8,500 – $ 9.000, yang kemungkinan akan membatasi tingkat penjualan. Beberapa penurunan kemungkinan karena transaksi stop-loss jangka pendek yang berlaku.
Sementara itu, dalam sebuah kajian di Jerman, Asia masih menjadi benua yang paling populer bagi pemilik mata uang kripto. Hampir tidak diketahui pada beberapa tahun yang lalu, mata uang kripto kini telah meledak dan menjadi sorotan. Salah satu disebabkan oleh lonjakan nilai Bitcoin, yang meningkat lebih dari 1.000% pada tahun 2017.
Dalia Research, sebuah startup teknologi yang berbasis di Berlin, melakukan kajian atas hampir 30.000 orang di delapan negara, 49% responden mengatakan mereka memiliki pengetahuan tentang cryptocurrency. Dari negara-negara yang disurvei, Jepang, 61%, dan Korea Selatan, 60, berada di urutan teratas dengan AS menduduki peringkat kelima dengan 47%. Selain itu, Jepang menduduki puncak daftar untuk kepemilikan cryptocurrency.
“Tidak mengherankan, Jepang memiliki tingkat adopsi tertinggi dan merupakan satu-satunya negara yang mencetak gol dalam dua digit untuk kepemilikan, sebesar 11%. Ini sejalan dengan konsensus umum di ruang cryptocurrency, di mana Jepang diyakini memimpin dunia, ”tulis Rytis Jakubauskas dari Dalia Research. (Lukman Hqeem)