ESANDAR, Jakarta – Harga emas pada perdagangan Rabu (11/04) berhasil menembus level resisten di $1340, dengan mencapai harga tertinggi $1342. Selanjutnya logam mulia akan membidik kenaikan harga hingga ke $1360.
Dari sudut pandang teknis, harga emas ini berada dalam rentang sempit di grafik harian dengan support di level $1324 dan resistance di level $1340. Breakout di atas $1340 dapat memicu kenaikan menuju $1348 dan kemudian $1360.
Sebelumnya, harga logam ini mendapat tekanan setelah Presiden Cina, Xi Jinping berjanji untuk mengurangi tarif impor sejumlah produk sehingga kekhawatiran mengenai potensi perang perdagangan pun mereda. Investor mulai beralih dari aset safe haven ke aset berisiko karena sentimen risiko membaik sehingga emas mengalami penurunan.
Perang dagang membawa dampak negative secara global. Sebuah jajak pendapat oleh CNBC kepada para CFO perusahaan-perusahaan yang secara kolektif bernilai lebih dari $ 4,5 triliun menghasilkan pandangan yang mengkhawatirkan. Sekitar dua pertiga dari Dewan CFO Global tersebut menilai dampak negatif perang dagang pada perusahaan mereka.
Aksi beli pada aset safe haven ini kembali terjadi setelah harga jatuh tersebut. Isu Geopolitik di Suriah dan Iran mengemuka. Ketidak stabilan politik keamanan di Timur Tengah yang terganggu, menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Sejumlah investor berbalik membeli logam mulia kembali dan mendorong harga naik hingga $1342 per troy ons.
Dalam sejarah, tidak ada perang dagang yang menguntungkan. Sikap proteksinis akan menjadi boomerang bagi suatu negara. Perang dagang kali ini, bahkan bisa membuat perekonomian AS justru melambat lagi. Ditengah kekacauan seperti ini, terdapat tiga aset yang semestinya menjadi tujuan investor dalam mengamankan investasinya. Emas, Yen dan saham teknologi Cina. Bagaimanapun juga, Emas masih efektif sebagai aset pelingdung investasi. Daya pikatnya tak terkalahkan oleh aset lain.
Perang dagang membuat investor pasar uang juga khawatir. Yen sebagai safe haven dipasar uang kembali menemukan pijakannya. Yen menguat tajam dan sepanjang tahun ini telah naik hampir 6%. Ini sangat luar biasa, mengingat AS yang mengetatkan kebijakan, tetapi Bank of Japan meninggalkan suku bunga jangka pendek dengan minus 0,1%. Itu bukanlah resep untuk mata uang yang kuat, tetapi dibandingkan dengan aset lain, yen masih diminati.
(Lukman Hqeem)