ESANDAR, Jakarta – Sudah lebih dari sebulan sejak pasar saham mencapai posisi terendah, hingga terkoreksi cukup dalam pada posisis yang dibutuhkan, mereka kini telah pulih dari kehilangan yang mereka alami.
Sebelum aksi jual terjadi di pasar pada hari Rabu kemarin, Indek Dow Jones telah menguat hampir 700 poin sejak 5 Februari, sementara indeks S&P 500 telah meningkat 5%, dan hanya 100 poin dari level tertinggi sepanjang masa. dari 2872,87 pada 26 Januari. Bahkan Indeks Komposit Nasdaq dengan didukung oleh sejumlah saham dari kelompok FAANG seperti Amazon, Netflix dan Apple, ditutup pada rekor tertinggi di 7588.32 pada hari Senin . Apakah ini berarti koreksi sudah berakhir?
Howard Gold, seorang kolumnis di Marketwatc memiliki pandangan yang berbeda dengan pendapat sejumlah ahli sebeumnya. Rekan kerjanya di MarketWatch seperti Mark Hulbert dan Sam Stovall dari CFRA Research keduanya mengatakan, kita memasuki enam bulan terlemah dari siklus pasar pemilihan presiden empat tahun, jadi kita cenderung akan melihat pasar yang lebih tidak stabil daripada tahun lalu, dimana semua terlihat tenang bak lautan tanpa ombak dengan langit biru.
Faktanya, kini pasar masih bergejolak dengan sejumlah fundamental, dan fundamental pasar saat ini terlihat sangat solid untuk beberapa waktu ke depan. Terdapat setidaknya tiga alasan yang mendukung solidnya fundamental pasar saat ini. Pertama, pertumbuhan pendapatan emiten yang spektakuler.
Sedikit terekspose di media keuangan, faktanya pendapatan kuartal empat dari 73% perusahaan yang terdaftar di lantai bursa S&P 500 melaporkan laba yang mengalahkan ekspektasi Wall Street. Bahkan 77% dari perusahaan tersebut juga mengalahkan perkiraan pendapatan, dalam skalan persentase tertinggi sejak FactSet mulai melacak angka-angka tersebut di tahun 2008.
Mungkin anda akan berkilah bahwa ini hanyalah angka yang disodorkan manajemen untuk memuaskan investor. Faktanya anda tidak dapat melakukan penjualan palsu. Itu berbicara tentang pertumbuhan organik dan nyata dalam bisnis dan pendapatan perusahaan ini, yang kebetulan meningkat sebesar 14,8% di kuartal keempat, yang terbaik sejak kuartal ketiga tahun 2011.
Selama pendapatan terus tumbuh dengan kecepatan ini, maka tidak ada alasan pertumbuhan ekonomi tidak akan berjalan dengan baik. Bahkan dengan ditopang oleh pemotongan pajak perusahaan di masa depan, pasar akan terus bergerak lebih tinggi.
Menurut FactSet, S&P 500 berpindah tangan dengan 17 kali pendapatan yang diproyeksikan untuk 12 bulan ke depan. Itu di atas rata-rata lima tahun sebesar 16x dan rata-rata 10 tahun 14,3x, namun jauh dari selangit mengingat pertumbuhan pendapatan dan suku bunga masih rendah. Yang bisa membawa kita ke awing-awang.
Kedua, suku bunga rendah dan cukup stabil. Ada banyak keributan dan keributan bulan lalu ketika imbal hasil pada Obligasi 10 tahun, mendekati “angka ajaib” 3% di mana guru seperti Bill Gross dan Jeff Gundlach mengatakan tren kenaikan pasar Obligasi akan segera berakhir. Memang kenaikan imbal hasil itu hanya mencapai 2,94% pada 21 Februari, kemudian turun kembali menjadi 2,83%. Namun demikian, angka ini jauh lebih tinggi dari besarnya imbal hasil Obligasi 10 Tahun pada September kemarin sebesar 2,06%. Harus diakui bahwa saya akan mulai khawatir hanya jika imbal hasil Obligasi memang benar-benar tembus diatas 3% dan tetap bertahan diatasnya. Setidaknya hingga saat itu belum terjadi, kekhawatiran bisa ditepiskan.
Sementara itu, Federal Reserve di bawah pimpinan baru Jay Powell sepertinya masih bersikap lunak. Powell seperti yang diperkirakan masih akan tetap mengikuti pola yang ditetapkan oleh pendahulunya Janet Yellen.
Memang tahun ini suku bunga bisa naik tidak hanya tiga kali, bahkan empat kali jika pertumbuhan ekonomi meningkat melampaui angka 3%. Tapi itu akan menjadi bencana, dengan suku bunga berada di 2,25-2,5%. Cepat atau lambat, bahkan para pembelajar yang lamban di Wall Street akan tahu itu bukan akhir dari dunia.
Ketiga dan terakhir, pertumbuhan produk domestik bruto terlihat kuat – di kisaran 2% sampai 3% yang tinggi – sementara inflasi masih tersandung.
Sekali lagi, setiap pakar tampaknya bisa terkencing dicelana saat Biro Statistik Tenaga Kerja melaporkan rata-rata penghasilan per jam naik 2,9% setiap tahun di bulan Januari. Tak ayal serigala inflasi berada di ambang pintu dan Apocalypse sudah dekat.
Dalam waktu sebulan lagi, laporan pekerjaan lain, dan kenaikan upah kali ini telah mencapai 2,6% lagi pada bulan Februari, satu bulan yang melihat ekonomi A.S. menghasilkan 313.000 pekerjaan baru. Pada hari Selasa Departemen Tenaga Kerja melaporkan bahwa indeks harga konsumen inti – CPI dikurangi makanan dan energi – telah meningkat hanya 1,8% bulan lalu, sedikit di bawah proyeksi konsensus.
Kuatnya pendapatan dan pertumbuhan ekonomi, ditengah kondisi suku bunga rendah dan inflasi rendah, suka atau tidak suka akan menimbulkan sejumlah kekhawatiran pula. Tapi untuk saat ini investor harus mengambil sikap dan jawaban “ya” untuk sebuah tantangan. (Lukman Hqeem)