ESANDAR, Jakarta – Departemen Perdagangan, Industri dan Energi Korea Selatan, pada Kamis (01/03/2018) melaporkan adanya kenaikan ekspor negeri ginseng tersebut. Meski melambat terkait libur Imlek, ekspor Korea Selatan masih mampu naik 4% dibulan Februari dari tahun lalu.
Nilai kiriman keluar negeri ini mencapai $44.88 milyar dibulan ini atau naik $43.16 milyar dari bulan yang sama di tahun lalu. Selama 16 bulan beruntun, ekspor Korea Selatan mengalami kenaikan beruntun. Meski angkanya untuk bulan ini dianggap bias mengingat liburan panjang tahun baru Imlek di Cina. Cina sendiri merupakan Negara tujuan ekspor utama dan terbesar Korea Selatan.
Neraca perdagangan Korea Selatan memang surplus. Meski demikian, impor mereka pada bulan lalu juga mengalami kenaikan sebesar 14.8 % menjadi $41.57 milyar dari tahun lalu. Surplus perdagangan seebsar $3.31 milyar, menandai surplus selama 73 bulan beruntun, demikian ungkap Menteri Paik Ungyu.
Paik menambahkan bahwa meski hari kerja dibulan Februari sangat sedikit, namun ekspor Korea Selatan mampu naik dan menjaga tren kenaikannya. Permintaan yang tinggi akan produk memori chip dan kenaikan penjualan minyak menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekspor kali ini.
Jumlah pengiriman semi konduktor meningkat sebesar 40.8% dari tahun lalu setara dengan $9 milyar, sebuah rekor bulanan tersendiri mengingat masa depan penjualan kartu memori yang terus bersinar. Sementara pendapatan Minyak juga meningkat sebesar 15.8% seiring dengan kenaikan harga minyak global dan penjualan mereka yang meningkat.
Sebaliknya, penjualan kendaraan motor mengalami penurunan tajam, sebesar 14,4%. Jatuhnya pasar mobil AS sangat mempengaruhi Industri otomotif Korea Selatan. Lemahnya ekonomi Cina juga berimbas pada penurunan permintaan baja sebesar 9.7%.
Secara nasional, ekspor ke Cina mengalami kenaikan 3.7 % dari tahu lalu menjadi $11.53 milyar pada bulan lalu, kenaikan beruntun selama 16 bulan beruntun ini. Sementara pengiriman ke AS menurun 10.7 % seiring dengan jatuhnya ekspor otomotif dan peralatan komunikasi nirkabel. Politik proteksinis Pemerintahan Donald Trump nampaknya berhasil memukul surplus perdagangan Korea Selatan. Menurut Menteri Paik Ungyu, surplus menurun sebesar 76.9 % dari tahun lalu atau senilai $360 juta pada bulan Februari.
Kementerian tersebut mengatakan bahwa pemulihan ekonomi global dan tingginya harga jual barang ekspor utama akan menciptakan lingkungan yang menguntungkan bagi eksportir Korea, namun memperingatkan meningkatnya proteksionisme di negara-negara besar dan dampak potensial kenaikan suku bunga A.S. tahun ini. Oleh sebab itu, Paik Ungyu mengingatkan penguatan won Korea dan peningkatan produksi luar negeri dari barang-barang ekspor utama juga merupakan risiko penurunan untuk ekspor.
Pemerintah Seoul berjanji untuk menggalang dukungan bagi perusahaan lokal untuk mengatasi hambatan perdagangan dan memperluas pijakan mereka di pasar global. “Kami akan datang dengan langkah-langkah proaktif untuk mengatasi risiko penurunan untuk mengikuti tren kenaikan ekspor,” pungkas Paik Ungyu. (Lukman Hqeem)